Menurut mereka, sebagai contohnya adalah sebuah outlet berita yang menggunakan foto pasien Afrika untuk menggambarkan lesi cacar.
Asosiasi Pers Asing Afrika telah mendesak media global untuk berhenti menggunakan gambar orang kulit hitam untuk menyoroti wabah yang terjadi di Eropa.
“Walaupun asal wabah MPXV global baru masih belum diketahui, ada bukti yang berkembang bahwa skenario yang paling mungkin adalah bahwa transmisi sesama manusia lintas benua telah berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan,” tulis mereka.
WHO telah mendaftarkan dua varian cacar monyet yang diketahui berasal dari virus monkeypox dalam aturan terbaru.
Varian yang pertama dan sudah diidentifikasi di Afrika Barat (WA) dan satunya wilayah Cekungan Kongo (CB).
Kelompok ilmuwan menulis bahwa pendekatan ini berlawanan dengan praktik terbaik untuk menghindari lokasi geografis dalam nomenklatur penyakit, serta komponennya.
Mereka mencetuskan klasifikasi baru yang akan memberi nama tiga varian dalam urutan deteksi.
Misalnya genom virus yang terdeteksi di Afrika Tengah, Afrika Barat, dan peristiwa penularan yang terdeteksi secara global di negara-negara tertentu.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Virus Cacar Monyet di Air Mani, Hubungan Seks Berisiko
Jika sekuensing genom banyak dilakukan, maka akan jadi lebih banyak clade tambahan, catat mereka.
Bahkan dalam clade terbaru, sudah ada keragaman yang mencolok di antara genom.
Seperti konvensi penamaan baru yang diadopsi untuk pandemi virus corona, nomenklatur untuk cacar monyet manusia bisa disumbangkan dengan A1, A2, dan seterusnya.
Source | : | WebMD,The Guardian |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar