GridHEALTH.id - Penyakit cacar monyet sedang menjadi perhatian masyarakat dunia belakangan ini.
Bagaimana tidak, dalam beberapa pekan terakhir kasus cacar monyet telah menyebar luas di berbagai negara dunia.
Terakhir, kasus cacar monyet yang sudah dilaporkan ada lebih dari 1.000 dan terjadi di 39 negara.
Menyebar luas di berbagai negara dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengganti nama cacar monyet untuk menghindari diskriminasi dan stigma.
Pimpinan umum WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, organisasi tersebut sedang bekerja sama dengan rekan dan ahli kesehatan di seluruh dunia untuk mengganti penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox.
Pengumuman nama baru cacar monyet dari WHO akan dilakukan sesegera mungkin, kata Tedros, dikutip dari The Guardian, Jumat (17/06/2022).
Hal ini dilakukan setelah para ilmuwan menyebut bahwa pergantian nama cacar monyet sangat mendesak dan menyebut penamaan selama ini kurang akurat, diskriminasi, dan menstigmatisasi.
Lebih dari 30 ilmuwan internasional menyurati WHO dan memberikan dukungan pada CDC Afrika, serta meminta nama penyakit itu diubah karena penularan yang terjadi antar manusia tahun ini.
“Persepsi yang berlaku di media internasional dan literatur ilmiah adalah bahwa MPXV adalah endemik pada orang-orang di beberapa negara Afrika,” tulis mereka dalam surat.
Baca Juga: Monkeypox Tidak Bertahan Lama di Udara Seperti Virus Covid-19,CDC
Akan tetapi, hampir semua wabah monkeypox di Afrika selama ini ditularkan dari hewan ke manusia dan jarang ada laporan menular dari orang ke orang lain seperti sekarang.
“Dalam konteks wabah global saat ini, terus mereferensikannya (cacar monyet), dan istilah virus orang Afrika bukan hanya tidak akurat tapi juga diskriminasi dan stigmatisasi,” papar mereka dikutip dari WebMD, Jumat (17/6/2022).
Source | : | WebMD,The Guardian |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar