Kebiasaan itu rentan dengan risiko efek samping. Itu sebabnya Powis mewanti-wanti tenaga medis untuk cermat dalam meresepkan obat.
"Mengurangi resep yang tidak perlu yang dapat meningkatkan risiko bahaya dan menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan kini lebih penting dari sebelumnya," ujar Powis, dikutip dari laman Express.co.uk, Senin (20/6).
Karenanya NHS telah mengambil tindakan untuk memangkas resep yang tidak perlu, dengan cara memanfaatkan sumber dayanya sebaik mungkin.
Baca Juga: Pahit Saat Dimakan, Bunga Pepaya Punya Manfaat Luar Biasa Bagi Kesehatan
NHS menugaskan tim ahli farmasi ke seluruh negeri untuk memberikan saran kepada pasien agar mencermati resep obat dan memaksimalkan pilihan pengobatan lain.
Apa yang disuarakan dokter terkemuka di Inggris tersebut sebenarnya bukan hal baru.
Pemberian obat berlebih dan tidak rasional sudah terjadi sejak lama. Termasuk di Indonesia.
Padahal penggunaan obat yang tidak tepat dan berlebihan akan menghabiskan obat dan biaya dan mengakibatkan peningkatan efek samping obat dan bahaya bagi pasien.
Di Indonesia contohnya, antibiotik dianggap obat dewa dan bisa untuk banyak penyakit.
Padahal antibiotik hanya bisa untuk penyakit disebabkan bakteri juga jamur, dan tidak semua penyakit tersebut butuh penanganan antibiotik.
Asal tahu saja, penggunaan antibiotik yang berlebihan meningkatkan resistensi antibiotik.
Penggunaan obat suntik/injeksi yang tidak steril akan menyebarkan infeksi yang diperantarai darah seperti hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit lainnya.
Akhirnya pengobatan yang tidak rasional dapat memicu permintaan pasien yang tidak rasional dan berakibat menurunnya kepatuhan karena obat yang habis dan hilangnya kepercayaan pasien kepada sistem kesehatan.
Baca Juga: Info Penambahan Pasien Covid-19 Dirawat di Rumah Sakit Wisma Atlet
Source | : | YOP-obat rasional |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar