GridHEALTH.id - Belakangan challenge di aplikasi sosial media menjadi trend.
Sudah banyak challenge yang hadir dan diikuti masyarakat akibat booming sosial media.
Terbaru adalah Challenge Malaikat Maut.
Sesuai topiknya, Challenge Malaikat Maut ini sukses merenggut banyak nyawa di Bandung, Banten, Bekasi.
Mereka mati konyol akibat Challenge Malaikat Maut.
Juga merugikan banyak pihak, termasuk pengguna jalan raya tempat mereka melakukan aksi Challenge Malaikat Maut.
Prihal ini, peneliti Pusat Kajian Masyarakat Digital atau Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada, Faiz Rahman, menyangkan kejadian-kejadian tersbut.
Pengelola ptafrom media sosial tettu harus ikut bertanggung jawab.
Menurutnya selain dari pengelola platform media sosial, diperlukan perhatian serius dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat secara umum.
Baca Juga: Healthy Move, 5 Trik LatihanMenjaga Bentuk Tubuh Setelah Usia 40
“Saat ini, banyak orang mencoba peruntungan untuk menjadi viral di media sosial dengan membuat konten. Tidak jarang, tren viral yang diikuti masyarakat merupakan sesuatu yang dapat membahayakan diri, khususnya apabila aksi tersebut diikuti oleh anak,” kata Faiz Rahman, Kamis (30/6).
Diakui Faiz, di tengah masifnya era digitalisasi, media sosial berperan bagaikan pedang bermata dua.
Di satu sisi, media sosial berperan sebagai sarana komunikasi. Di sisi lain, media sosial juga dapat menjadi titik berangkat terjadinya malapetaka.
Terkait dengan penyebaran konten, media sosial tentu memegang peranan penting dalam menyaring konten yang dapat membahayakan keselamatan.
“Platform media sosial perlu lebih aktif dalam mendeteksi berbagai konten yang mendorong orang untuk melakukan aksi yang membahayakan keselamatan,” tegasnya, dikutip dari ugm.ac.id (30/06/202).
Penegakan regulasi di platform media sosial dan moderasi konten berbahaya menjadi salah satu langkah pertama dan utama yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebarluasan konten yang mendorong seseorang membahayakan keselamatan dirinya sendiri.
Di samping itu juga diperlukan edukasi literasi digital juga harus ditingkatkan.
“Pemerintah memiliki peranan yang signifikan dalam menyiapkan dan memfasilitasi kegiatan edukasi yang mumpuni bagi masyarakat. Berbagai kegiatan literasi digital yang telah dilakukan oleh lembaga pemerintah, bekerja sama dengan berbagai platform media sosial, lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan, hingga komunitas perlu untuk semakin di masifkan guna meningkatkan literasi digital masyarakat,” jelasnya.
Selain itu, akomodasi literasi digital dalam kurikulum pendidikan formal juga semakin menunjukkan urgensinya, mengingat dampak negatif dari penggunaan media sosial semakin banyak menyasar anak-anak dan remaja.
Baca Juga: Ngeri, Pria Ini Terinfeksi Penyakit Kelamin Langka Tak Mempan Antibiotik
Selain platform media sosial dan pemerintah, orang tua memiliki posisi yang sentral untuk mengedukasi anak dalam bermedia sosial.
Maka dari itu, “Orang tua juga harus memiliki tingkat literasi digital yang mumpuni, sehingga dapat menjadi contoh dan memberikan edukasi yang maksimal bagi anaknya untuk dapat menyaring dan merespons berbagai informasi yang diterima. Orang tua juga perlu melakukan pengawasan dan memberikan pengertian kepada anak untuk tidak melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri untuk kepentingan konten media sosial.” papar Faiz.
Tak hanya itu, bagi kreator konten, Faiz mengingatkan bahwa insiden yang terjadi belakangan ini seharusnya juga dapat menjadi pelajaran bagi para pembuat konten untuk memperhatikan aspek keselamatan ketika membuat konten di media sosial.
“Penyebaran konten yang membahayakan diri menjadi pekerjaan rumah bersama. Peningkatan literasi digital dan moderasi konten menjadi dua kunci utama yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak untuk meminimalisir dampak negatif dari penggunaan dan penyalahgunaan media sosial,”pungkasnya.
Untuk diketahui, belakangan dua anak masing-masing berusia 14 dan 18 tahun menjadi korban meninggal "malaikat maut challenge".
Kabar duka itu berasal dari kejadian di lokasi berbeda dalam dua hari berturut-turut, yakni Kamis (2/6/2022) di Soreang, Kab Bandung, Jawa Barat dan Jumat di Karawaci, Kota Tangerang, Banten.
Tantangan mematikan ini sudah setahun lebih menyebar di media sosial.
Herannya, meski korban sudah berjatuhan, peminatnya tetap saja ada.
Dalam aksi Challenge Malaikat Maut, secara berkelompok, mereka yang rata-rata berusia remaja nongkrong di pinggir jalan, menanti truk melintas.
Baca Juga: Kasus Terinfeksi Terus Naik, Dokter di India Temukan Gejala Baru Omicron BA.4/BA.5 Berupa Nyeri Otot
Begitu truk sudah dekat, mereka pun menguji nyali untuk mengadang lalu adu cepat menghindari truk.
Semakin tipis kesempatan untuk menghindar, semakin terpacu adrenalinnya dan semakin "seru" kesannya. Saat temannya "menantang malaikat maut", yang lain merekam dan ikut menyoraki.
Videonya lantas diunggah di media sosial. Konten yang terngeri, paling banyak dilihat.
Jumlah views/likes yang diterima ibarat candu yang membuat mereka merasa diterima sebagai bagian dari komunitas dan terdorong untuk mengulangi "permainan" yang sama.(*)
Baca Juga: Fakta Dibalik Hebohnya Ganja untuk Pengobatan juga Terapi Cerebral Palsy, Ternyata ...
Source | : | Ugm.ac.id-challenge malaikat maut |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar