GridHEALTH.id - Saat ini, selain kondisi pandemi Covid-19 yang sedang naik, tanpa disadari Indonesia juga tengah menghadapi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang semakin meningkat.
Kasus DBD sudah menjadi wabah tahunan yang terus ada hingga sekarang dan bahkan mengalami peningkatan pada minggu ke-23 di tahun 2022 ini, dengan total kumulatif ada 52.313 kasus dengan 516 kematian terkait wabah DBD dari 451 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Di Indonesia, DBD terjadi setiap tahun dan terus mengalami peningkatan sehingga sudah mulai diperlukan kewaspadaan dari masyarakat, khususnya pada anak yang lebih berisiko terjangkit.
Wamenkes menyebut diperlukannya penanggulangan secara massif karena angka kematian pada anak-anak semakin tinggi.
Penyakit DBD sendiri identik dengan negara subtropis dan tropis, sehingga tidak heran jika DBD setiap tahunnya meningkat di Indonesia.
Bahkan untuk di wilayah subtropis dan tropis, penyakit DBD bisa menjadi endemik.
Walaupun 80% angka kematian dapat dicegah, tidak menutup kemungkinan DBD terus memakan korban, khususnya pada anak.
Kondisi cuaca saat ini yang tidak menentu juga membuat DBD semakin riskan terjadi di setiap harinya, karena sudah sulit membedakan antara musim hujan dan kemarau.
DBD juga termasuk ke dalam penyakit bersih, di mana nyamuk Dangue akan lebih suka berkembang biak di air yang bersih, sehingga dibutuhkan pencegahan yang inklusif dan peran dari seluruh masyarakat.
Baca Juga: Sudah Ada 331 Pasien Demam Berdarah Saat Ini, Vaksin Menjadi Solusi
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS).
PBHS bisa mulai dilakukan dengan hal kecil, seperti mencuci tangan dalam keseharian lalu didukung juga dengan konsumsi makanan sehat ditambah suplemen.
Selain itu juga dengan semakin diterapkannya PSN 3M+ untuk pencegahan DBD.
Langkah-langkah pencegahan ini tentu perlu disadari dan diterapkan oleh masyarakat sehingga efektif mencegah DBD.
Maka pemerintah sendiri melakukan berbagai macam kerjasama kegiatan mengenai penanggulangan kasus DBD oleh semua pihak, termasuk di masyarakat itu sendiri.
Salah satu langkah pencegahan massif yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan dibentuknya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap RW, untuk memantau di lingkungannya potensi jentik yang bisa berkembang akibat genangan air dan harus diselesaikan oleh masyarakat secara mandiri.
Evaluasi juga dilakukan oleh pemerintah melalui program lintas lembaga, bernama Kelompok Kerja Operasional (Porjanal) yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan, Kementrian Dalam Negeri, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan dalam Porjanal akan dievaluasi tingkat efektivitasnya dengan indikator angka tertular, perawatan, dan kematian untuk DBD bisa turun dari waktu ke waktu.
Pemerintah mengharapkan kewaspadaan yang semakin lebih baik di masyarakat terkait penyakit DBD, sehingga angka kasus bisa ditekan dan angka kematian bisa turun semakin kecil.
Baca Juga: Kasus DBD Kembali Naik, Kendalikan dengan G1R1J, 1 Rumah 1 Jumantik
Source | : | liputan lapangan |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar