"Itu kalau misalnya secara frekuensi juga sering, kemudian ada kekerasannya. Jadi bukan hanya pelecehan, tapi ada kekerasan. Dilakukan dengan situasi yang mengintimidasi," jelasnya.
Anak-anak yang usianya masih sangat kecil, serta belum diajarkan mengenai pendidikan seksual dan relasi, rata-rata belum paham mengenai apa yang terjadi.
"Jadi traumatiknya itu bisa dari banyak faktor, tidak bisa disamaratakan," tuturnya.
Efek yang berbeda juga akan ditimbulkan jika usia korban pelecehan seksual sudah memasuki masa remaja.
Dampak yang terjadi, tentu saja berbeda jauh daripada yang ke anak-anak, karena mereka sudah paham apa yang terjadi pada dirinya.
Pelecehan seksual pada remaja dapat memengaruhi perilaku sehari-hari seorang anak.
"Perubahan perilaku yang bisa dilihat oleh orangtua, biasanya elbih ke arah apakah anak cenderung lebih murung atau takut ketemu orang baru," ungkap dokter Ratih.
Baca Juga: Lindungi Anak dari Pencabulan, Pendidik Harusnya Menjadi Pelindung
Namun ia mengingatkan, bahwa respon yang ditunjukkan oleh anak tersebut tak bisa digeneralisir.
Artinya, bisa saja memang sikap yang ditunjukkan oleh anak, disebabkan memang karena sifatnya yang pemalu.
"Bukan berarti semua anak yang pemalu adalah anak yang pernah mengalami pelecehan seksual. Jadi kita harus melihat case by case," terangnya.
Jika menghadapi situasi ini, orangtua diharapkan untuk tetap tenang agar bisa mencari solusi yang efektif. Kemudian, segera laporkan kasus pelecehan seksual pada anak kepada pihak yang berwajib.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar