GridHEALTH.id - Virus corona tidak satu, ada banyak jenis dari virus yang kini tengah melanda dunia dan menjadi pandemi Covid-19.
Selan virus corona yang menjadi penyakit Covid-19, ada juga virus corona babi.
Virus korona yang dikenal sebagai swine acute diarrhea syndrome coronavirus (SADS-CoV) atau virus korona babi sindrom diare akut diketahui muncul dari kelelawar dan telah menginfeksi kawanan babi di seluruh China sejak diidentifikasi pertama kali ditemukan pada 2004.
Wabah penyakit semacam itu berpotensi mendatangkan malapetaka ekonomi di banyak negara di seluruh dunia yang mengandalkan industri daging babi.
Swine Acute Diarrhea Syndrome Coronavirus (SADS-CoV), varian virus corona yang muncul di China, telah berada di radar SHIC dan, berdasarkan informasi langsung dari China, tindakan baru sedang diambil.
Anak babi yang terkena menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang serupa dengan efek PED, yang muncul kembali di Cina pada tahun 2010.
Baca Juga: Viral Potongan Babat Dipenuhi Cacing Parasit, Apa Risikonya Bagi Kesehatan?
Komunikasi dengan sumber di China melaporkan bahwa virus terus berpindah antara peternakan dan provinsi, sehingga SHIC memulai penelitian kesiapsiagaan.
Tanda-tanda klinis pertama pada babi diamati pada akhir Desember 2016 dan dikaitkan dengan SADS-CoV pada paruh pertama tahun 2017.
Ketika informasi ini diterima, SHIC mengomunikasikan potensi munculnya SADS-CoV di China kepada industri daging babi AS dan meminta Kelompok Kerja Pemantauan dan Analisis SHIC untuk meninjau informasi wabah dan memberi saran tentang risiko.
Baca Juga: 7 Teknik Akupuntur TCM untuk Mengobati Hepatitis B Tanpa Obat Kimia
Ada beberapa alasan penularan kelelawar-ke-babi 2017 menarik perhatian tim investigasi penyakit yang muncul pada manusia.
Bisa Menginfeksi Manusia
Pertama, virus tersebut memiliki nenek moyang virus yang mirip dengan sindrom pernafasan akut parah pada manusia (SARS), yang ditularkan dari kelelawar tapal kuda ke manusia dan menyebabkan lebih dari 8.000 infeksi dan 774 kematian manusia pada tahun 2002.
Sebagai catatan, tidak ada lagi kasus SARS pada manusia yang terdeteksi sejak itu, 2004. Hingga saat ini, enam CoV diketahui menginfeksi manusia, tetapi hanya dua yang dikaitkan dengan wabah besar yang fatal: SARS dan virus corona sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV).
Baca Juga: Jika Mimpi Ini Semalam, Konon Kita Akan Sakit, Tak Percaya Baiknya Tetap Waspada
Kedua, seperti SARS, babi yang menginfeksi SAD-CoV diduga memiliki reservoir kelelawar tapal kuda yang sama. Dan terakhir, wabah babi berada dalam jarak 62 mil dari tempat pasien kasus indeks SARS (severe acute respiratory syndrome) tinggal.
Penting untuk dicatat bahwa para peneliti mengevaluasi potensi penularan virus secara zoonosis. Mereka tidak menemukan bukti peningkatan infeksi atau masuknya SADS-CoV dalam sel yang mengekspresikan reseptor coronavirus manusia yang diketahui, menunjukkan bahwa tidak satu pun dari reseptor ini berfungsi sebagai reseptor untuk virus.
Hal tersebut telah dibuktikan, semua 35 karyawan peternakan yang terpapar virus diuji, hasilnya tidak ada yang positif terpapar SADS-CoV.(*)
Baca Juga: Melting Iceberg Pintu Gerbang Penyebaran Penyakit dan Pandemi
Source | : | SHIC |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar