GridHEALTH.id - Kasus cacar monyet di seluruh dunia sudah mencapai 16.000 dan terdeteksi di lebih dari 75 negara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun juga sudah menyatakan status cacar monyet atau monkeypox, sebagai darurat kesehatan global.
Penyakit yang awalnya hanya terbatas di Afrika tengah dan barat ini, sekarang sudah mewabah di negara-negara lain di luar benua Afrika.
WHO menegaskan, bahwa cacar monyet dapat dialami oleh siapapun dan tidak terbatas pada kelompok tertentu. Bahkan di Amerika Serikat, CDC sudah melaporkan adanya kasus cacar monyet pada dua orang anak.
Meski begitu, hingga saat ini kasus dan penularan cacar monyet paling dominan terjadi di antara komunitas gay dan biseksual.
"Saat ini, kasus terus dilaporkan di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki untuk sebagian besar, tetapi kita tidak boleh berekspektasi terus akan seperti itu," kata Dr. Catherine Smallwood, anggota darurat senior di WHO, dikutip dari CNBC, Rabu (27/7/2022).
Menurutnya, sangat jarang wabah virus yang dimulai dari sebuah kelompok tertentu hanya akan menyebabkan penularan pada kelompok tersebut saja.
Pengawasan komunitas LGBT
Kasus cacar monyet sampai hari ini belum terdeteksi di Indonesia. Sempat terdapat 9 orang yang menjadi suspek cacar monyet, tapi kemudian hasil pemeriksaan dinyatakan negatif.
Baca Juga: Perkembangan Penyebaran Cacar Monyet di ASIA, IDI Minta Dokter Waspada
Meski begitu, Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI tetap berupaya untuk melakukan pencegahan cacar monyet di Indonesia.
Salah satu langkah yang diambil adalah dengan melakukan pengawasan yang ketata terhadap komunitas gay atau LGBT.
Hal ini dilakukan oleh Kemenkes bersama dengan sejumlah organisasi masyarakat dan juga LSM.
"Juga pada komunitas saat ini sesuai data kasus yang paling banyak di dunia pada kelompok gay maka kami akan melakukan surveilens ketat pada kelompok ini bekerjasama dengan beberapa organisasi juga LSM," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu, dikutip dari Tribunnews.com, Senin (25/7/2022).
Ia mengatakan, sudah aktif melakukan surveilans di semua pintu masuk negara, sejak awal terdeteksinya wabah cacar monyet.
"Deteksi dini di airport dilakukan oleh KKP (kantor kesehatan pelabuhan) terutama Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dari negara yang sduah ada kasusnya," ujarnya.
Setiap PPLN yang datang akan menjalani pemeriksaan terlebih dahulu, yang dilakukan oleh petugas bandara maupun pelabuhan.
Adapun pemeriskaan yang dilakukan yakni terkait suhu badan dan gejala cacar monyet yang berupa ruam, bintik merah, dan lesi yang umumnya ada di wajah hingga telapak tangan.
Kemenkes mengharapkan masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, setelah status cacar monyet menjadi darurat kesehatan global.
Protokol kesehatan cacar monyet yang perlu dijalani tak berbeda dari Covid-19, seperti mencuci tangan dan menghindari kontak dengan orang yang bergejala. (*)
Baca Juga: Persiapan Hadapi Ancaman Cacar Monyet di Indonesia, Kemenkes: Tak Perlu Sepanik Covid-19
Source | : | CNBC,Tribunnews.com |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar