GridHEALTH.id - Memperhatikan tumbuh kembang anak adalah hal penting bagi para orangtua mempersiapkan anak untuk bekal masa depannya.
Persiapan bekal masa depan anak mencakup banyak hal, mulai dari nutrisi, aktivitas yang mendukung anak, hingga pembentukan karakter anak.
Orangtua sudah seharusnya mengoptimalisasi berbagai aspek ini, namun tidak jarang dalam penerapannya, para orangtua mendapatkan beragam tantangan, salah satunya permasalahan pada nutrisi anak.
Nutrisi anak selama periode tumbuh kembang adalah kunci dari persiapan bekal masa depan anak.
Ditambah pada usia 0-8 tahun adalah periode sensitif seorang anak bertumbuh dan berkembang, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat dari orangtua untuk anak.
Akan tetapi, selama tumbuh kembangnya ini, seringkali dijumpai anak yang malas untuk makan sayur-sayuran, buah, vitamin, akibatnya anak menjadi enggan untuk makan dan lebih doyan untuk nyemil.
Anak pun cenderung lebih menyukai jenis-jenis makanan yang dirasa enak dan mudah, mulai dari makanan yang manis-manis, goreng-gorengan, hingga berbagai jenis minuman yang beraneka rasa buatan.
Tidak semua dan dapat dikatakan sangat jarang juga seorang anak menyukai camilan-camilan sehat buatan orangtua di rumah.
Pada umumnya camilan yang tetap disukai anak berupa ciki, permen, dan camilan jenis lainnya.
Sedangkan makanan yang enak menurut anak tidak selalu menjadi makanan dengan nutrisi baik yang diperlukan dalam tumbuh kembang si anak.
Dalam kondisi seperti ini, orangtua pun dituntut untuk dapat memahami anak dan di sisi lain tidak bisa terus membiarkannya.
Baca Juga: Kolang-kaling Camilan Manis Khas Lebaran, Ini 4 Manfaatnya Bagi Kesehatan
Saat ditanya oleh tim GridHEALTH.id dalam konferensi pers virtual Nutrilon Royal Ajak Para Mama Persiapkan Bekal Untuk Menang Bagi Si Kecil, dr. Margareta Komalasari, SpA selaku Dokter Spesialis Anak pun menjawab permasalahan ini.
dr. Margareta Komalasari, SpA pun menjelaskan bahwa memberikan camilan pada anak adalah hal yang diperbolehkan jika masih mengikuti aturan.
Oleh sebab itu, penting bagi orangtua dalam memperhatikan jadwal makan, karena dengan jadwal makan yang teratur akan membuat anak mudah untuk diarahkan dan melatih kedisiplinan anak.
Jadwal makan yang baik sesuai dengan contoh dari dr. Margareta Komalasari, SpA adalah jam 6 atau 7, anak sudah sarapan, lalu saat anak hendak pergi ke sekolah maka orangtua sebisa mungkin membawakan anak bekal yang mengandung makronutrien dan mikronutrien.
Usahakan bekal dan menu makan untuk anak ini, dikreasikan juga oleh para orangtua setiap harinya, agar anak menjadi tertarik.
Jika anak masih belum diharuskan pergi ke sekolah, orangtua akan lebih mudah untuk mendisiplinkan jam makan yang teratur ini, oleh karena itu alangkah lebih baik sudah dibiasakan sejak kecil.
Pada jam 10, orangtua bisa memberikan anak camilan, camilan yang baik berdasarkan saran dari dr. Margareta Komalasari, SpA adalah camilan yang ada nutrisinya dan tidak berfokus dengan kandungan gula yang dominan, dilanjutkan dengan makan siang dan kembali diberikan camilan pada jam 4, setelah itu makan malam di jam 7 dan ditutup dengan camilan.
Pemberian gula berlebih pada anak dapat memberikan efek buruk, selain tidak ada nutrisinya, beberapa diantaranya juga bisa menyebabkan anak menjadi hiperaktif, obesitas, dan permasalahan pada gigi berlubang.
Camilan juga diusahakan tidak diberikan dalam porsi yang terlalu banyak, yang terpenting tetap bernutrisi, bisa contohnya adalah keroket, makaroni skutel, dan makanan lain apapun yang tetap ada nutrisinya, menurut dr. Margareta Komalasari, SpA.
Ide camilan baik yang bisa diberikan pada anak menurut NHS, contohnya makanan seperti buah-buahan yang berwarna cerah dan sudah dipotong kecil-kecil oleh orangtua sehingga anak tidak malas untuk mengkonsumsinya.
Melibatkan anak untuk membuat camilan praktis di rumah juga bisa membantu anak lebih menyukai makan camilan sehat dibandingkan camilan instan, dengan demikian anak juga bisa menjadi tahu proses pembuatannya.(*)
Baca Juga: Nutrisi Terbaik Bagi Si Kecil di 1000 Hari Pertama Kehidupan
Source | : | NHS |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar