Sebelumnya, pemerintah Indonesia melalui jubir Kemenkes, dr. Syahril telah menyampaikan hasil tes positif dari salah satu pasien cacar monyet pada Sabtu lalu melalui konferensi pers virtual.
Dengan demikian, cacar monyet sudah resmi masuk ke Indonesia.
Indonesia sendiri menjadi negara dengan golongan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) cacar monyet, setelah mengumumkan adanya kasus pertama.
Status ini membuat Indonesia harus selalu berkoordinasi dengan WHO dan memberikan update terbaru terkait perkembangan kasus cacar monyet di Indonesia.
Hal ini yang nantinya juga akan berkaitan dengan pemberian vaksin dan lain sebagainya.
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan terkait koordinasi vaksin cacar monyet, "Sudah, kita sejak ada diumumkan sebagai PHEIC, nah itu kita sudah langsung menginstruksikan ke Dirjen Palmalkes supaya segera koordinasi dengan WHO."
Nantinya, vaksin cacar monyet ini tidak seperti vaksin Covid-19 yang terbuka secara umum, melainkan hanya untuk kelompok rentan tertentu.
Golongan kelompok rentan yang diutamakan untuk mendapatkan vaksin cacar monyet adalah orang yang berisiko tinggi.
"Sesuai dengan WHO, itu (vaksin cacar monyet) hanya untuk yang berisiko tinggi, yang berisiko tinggi dan berkontak erat dengan orang yang positif, itua aja yang diprioritaskan, jadi tidak semua masyarakat," tutup Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu.
Melihat kondisi seperti ini, masyarakat selalu diimbau oleh pemerintah untuk tidak perlu khawatir berlebih, namun juga tetap tidak henti-hentinya selalu menerapkan prokes dan PHBS.
Dua cara ini masih dianggap efektif untuk menekan risiko penularan pada penyakit-penyakit menular, seperti Covid-19 dan cacar monyet, dua penyakit menular yang saat ini ada di Indonesia.
Baca Juga: 7 Hal yang Harus Diperhatikan Pasien Cacar Monyet saat Isolasi Mandiri
Source | : | konferensi pers |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar