GridHEALTH.id - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengingatkan kembali masyarakat diminta untuk tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Dua cara ini masih dianggap efektif dalam menangkal kemungkinan-kemungkinan adanya penyakit virus baru dan cara untuk mencegah penularan.
Ditambah hingga saat ini, meskipun kondisi Indonesia masih bisa dikendalikan dalam hal penyebaran virus Covid-19, namun IDI melihat tetap ada ancaman baru dari penyebaran virus.
Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K) selaku Ketua Satgas Covid PB IDI dalam Konferensi Pers Update Kasus Covid dan Cacar Monyet dari PB IDI mengatakan, "Jadi sebenarnya ancaman yang masih ada saat ini adalah varian baru."
Inilah yang dianggap perlu menjadi perhatian dan kewaspadaan dari masyarakat karena kemampuan virus untuk bermutasi.
"Ya kita tahu bahwa virus ini selalu bermutasi ya, kalau dulu kita hanya mengenal virus Wuhan yang original, kemudian kita mengenal alfa, beta, lalu yang mengagetkan itu delta, sangat parah waktu itu, lalu muncul omicron, kita lihat subavarian omicron cukup banyak," lanjut Dr dr Erlina Burhan, SpP(K) menjelaskan ancaman yang ada.
Kasus Covid-19 di Indonesia sendiri per 25 Agustus 2022 kemarin masih mengalami peningkatan dengan jumlah penambahan kasus sebanyak 5.214 kasus dengan total terkonfirmasi positif sebanyak 6.334.357 kasus.
Dengan capaian vaksinasi pertama mencapai 86,60% sudah diatas target WHO, lalu capaian vaksin kedua ada pada 72,79% dan vaksin dosis tiga baru 25,57%.
Untuk sekarang ini, berdasarkan data kasus Covid-19 di Indonesia yang terbanyak adalah berasal dari subvarian omicron BA.5.
Sedangkan di negara tetangga, sekarang sudah mulai ditemukan subvarian BA.2.75, inilah yang disebut dengan ancaman baru Covid-19.
Sehingga dapat dikatakan bahwa, ancaman dari Covid-19 melalui mutasi-mutasi varian barunya bisa saja terus terjadi.
Baca Juga: Manusia Hidup di Tengah Virus, Ini 8 Bagian Tubuh yang Berisiko Terinfeksi Virus
Akan tetapi, masyarakat diminta untuk tetap taat menjalankan prokes ditambah dengan PHBS, sebagai kunci menghadapi semua ancaman ke depannya.
"Sekarang kami dari IDI ingin mengingatkan kembali bahwa kita sebetulnya punya program yang sangat bagus, (program) ini sudah bertahun-tahun digaungkan oleh Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan, tetapi memang implementasi di lapangan juga sangat rendah, yaitu PHBS," kata Dr dr Erlina Burhan, SpP(K) mengingatkan pentingnya penerapan PHBS.
Dengan demikian, kondisi Indonesia tetap bisa stabil dan tidak mengalami pengaruh yang signifikan.
Oleh karena itu, diharapkan setiap orang memiliki kesadaran pribadi yang sampai ke keluarga menjadi kebiasaan baru yang baik.
Penerapan PHBS ini menjadi penting karena sudah terbukti dapat melawan kasus-kasus dari variant of concern.
Berdasarkan pemaparan Dr dr Erlina Burhan, SpP(K) dalam Konferensi Pers Update Kasus Covid dan Cacar Monyet dari PB IDI disebutkan bahwa PHBS memiliki beberapa tatanan, dimulai dari sekolah, rumah tangga, tempat kerja, dan masyarakat.
Tujuan dari PHBS ini adalah untuk mengendalikan dan mencegah dari penularan penyakit, ditambah ternyata efektif.
Selain itu dengan penerapan PHBS maka diharapkan masyarakat bisa hidup lebih sehat, terhindar dari penyakit, tidak mudah menular.
Sehingga juga sampai mencegah penularan atau penyebaran penyakit di tatanan tersebut.
Bahkan untuk prokes yang mencakup menjaga jarak, mencuci tangan, selain memakai masker, sudah masuk dalam program PHBS dari pemerintah sejak dahulu.
Dengan disiplin menerapkan PHBS dan prokes, masyarakat dinilai akan sanggup hidup berdampingan dengan segala kemungkinan munculnya ancaman baru, tidak hanya pada Covid-19 tetapi juga penyakit menular lainnya.(*)
Baca Juga: Ganti Bersalaman dengan Gestur Namaste Untuk Hindari Cacar Monyet
Source | : | Konferensi pers PB IDI terkait update Covid-19 dan Cacar Mon |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar