GridHEALTH.id – Belakangan masyarakat dibuat bingung dengan wacana pemasangan label BPA pada plastik kemasan galon isi ulang yang berbahan polikarbonat.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan bahwa pelabelan BPA bertujuan untuk mengedukasi masyarakat.
Hal tersebut masuk ke dalam draft Rancangan Peraturan BPOM tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan POM No. 31 2018 tentang Label Pangan Olahan.
Mengutip laman pom.go.id (8/6/2022), disebutkan bahwa BPA berdampak pada kesehatan melalui mekanisme endocrine disruptors atau mengganggu hormon, khususnya estrogen.
Adanya pernyataan tersebut dan rencana pelabelan BPA, tentu membuat masyarakat merasa kebingungan.
Pasalnya selama ini, air minum dalam kemasan (AMDK) yang dikonsumsi memang rata-rata dikemas menggunakan plastik polikarbonat, khususnya air minum galon.
Plastik jenis Polyethylene Terephthalate (PET) atau dikenal dengan nama plastik sekali pakai, dianggap lebih baik dibandingkan dengan plastik polikarbonat (PC).
Plastik sekali pakai terbuat dari mono-etilen glikol (MEG) dan asam tereftalat murni (PTA), yang berasal dari minyak mentah dan gas alam.
Banyak produsen pangan yang memilih menggunakan plastik sekali pakai ini, karena kekuatan, stabilitas, dan transparasinya. Bahannya pun juga ringan, sehingga mengurangi biaya dan emisi karbon selama proses pengiriman.
Baca Juga: BPA yang Larut dalam Produk Pangan Ternyata Sedikit, Hilang dalam Waktu 24 Jam
Namun, apakah benar plastik sekali pakai lebih baik dibandingkan dengan yang mengandung BPA?
Dosen Teknik Kimia Universitas Muslim Indonesia Makassar, Dr. Setyawati Yani, mengatakan bahwa plastik sekali pakai memang tidak memiliki dampak BPA, karena dibuat dengan senyawa yang berbeda.
Namun, tetap seja semua bahan plastik mempunyai dampaknya tersendiri bagi kesehatan orang yang menggunakannya.
“Sehingga memang, kehati-hatian terutama, dan penggunaannya. Yang paling penting itu kesadaran untuk menggunakan plastik sesuai peruntukannya,” ujar Setyawati kepada GridHEALTH.id, Sabtu (27/8/2022).
“Jadi, kalau misalnya kita menggunakannya (plastik PET), untuk air kemasan, ada tulisannya ‘jangan dipakai ulang’. Ya sudah, itu jangan dipakai ulang,” sambungnya.
Senada dengan Setyawati, Ahli Kesehatan Susilawaty, SKM, M.Kes, juga mengatakan plastik sekali pakai tidak boleh digunakan berulang meskipun sudah dicuci terlebih dulu.
“Kalau kita memakai untuk kedua kali, bahayanya (saat dicuci pakai sikat botol) bisa tergores, kita tidak tahu zat-zat apa yang terkandung di dalam plastik, sehingga bisa mengkontaminasi (dan) menyebabkan toksik,” jelasnya kepada GridHEALTH.id, Kamis (25/8/2022).
Melansir lama Defend Our Health, berdasarkan observasi yang dilakukan selama beberapa bulan, terdapat aditif kimia yang dikenal sebagai antimon untuk mempercepat reaksi akhir pembuatan plastik PET atau sekali pakai.
Senyawa tersebut, dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan organ vital seperti hati dan jantung.
Oleh karena itu, masyarakat tidak hanya harus berhati-hati dalam konsumsi produk pangan dengan kemasan plastik polikarbonat yang mengandung BPA saja, tapi juga yang sekali pakai (PET).
Setyawati berharap ke depannya akan semakin banyak plastik kemasan yang menggunakan bahan-bahan berbasis alam, agar lebih aman bagi kesehatan.
“Secara teknologi kita sebenarnya bisa mengatasinya, dengan menggerakkan industri, agar nantinya menghasilkan bahan-bahan plastik kemasan menggunakan bahan yang berbasis tanaman,” pungkasnya.(*)
Baca Juga: Pelebelan BPA, Faktanya Potensi Membahayakan Kesehatan Kecil
Source | : | pom.go.id,Defend Our Health - Plastik PET |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar