GridHEALTH.id - Kembali terjadi, kali ini balita jatuh dari hotel terjadi di Pekanbaru, Riau.
Diduga adanya unsur kelalaian dari orangtua yang meninggalkan anak sendirian dan asyik karaoke.
Dengan adanya kejadian ini, orangtua kembali diingatkan akan pentingnya pola asuh terhadap balita dan semua usia anak.
Kronologi Balita Jatuh dari Hotel
Balita berinisial MAG ini tewas setelah terjatuh dari jendela kamar lantai tiga Hotel Grand Central, Kecamatan Bukitraya, Kota Pekanbaru, Riau.
Pada saat subuh, terdengar suara terjatuh di halaman portal masuk hotel, saksi mata yaitu petugas keamanan bersama dengan Manager Hotel pun mengecek ke lokasi.
Sebelum dinyatakan meninggal, balita ini sempat ditemukan dalam kondisi sekarat oleh petugas keamanan dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, RS Syafira Pekanbaru.
Saksi juga tidak dapat menemukan orangtua korban di kamar dan setelah dicari tahu, balita tersebut jatuh tanpa pengawasan orangtua, karena orangtuanya mengakui tengah berada di KTV berkaraoke di lantai dasar hotel.
"Korban ditinggal di kamar sendirian oleh orangtuanya dini hari itu," ungkap Kapolsek Bukitraya, AKP Syafnil mengutip Kompas.com (19/09/2022).
Tahap Perkembangan Otak Balita
Jika menilik lebih jauh, kejadian balita terjatuh dan tewas, tidak hanya karena tidak diperhatikan oleh orangtua, tetapi kelalaian dalam menjaga anak dari kurangnya pemahaman akan tumbuh kembang anak.
Baca Juga: Balita 17 Bulan Menderita Hidrosefalus Tak Bisa Berobat, Selama Pandemi ada 2 Kasus Seperti Ini
Orangtua juga perlu memahami tahap perkembangan otak balita, sehingga dapat meminimalisir risiko kelalaian.
Dengan mengetahui tumbuh kembang otak balita, orangtua menjadi lebih memahami pola asuh terbaik untuk anak balita.
Pertumbuhan otak pada anak sudah berlangsung dari usia tiga minggu hingga empat minggu setelah pembuahan, kondisi ini terus berlangsung pesat hingga tiga tahun pertama usia anak.
Dalam pertumbuhan otak pada usia balita, berperan dalam:
- Memulai dan mengkoordinasikan gerakan
- Mengatur kemampuan berbahasa
- Pengambilan keputusan
- Kemampuan berpikir dan berlogika
- Memecahkan masalah dan pembelajaran
Dengan kondisi pertumbuhan otak balita seperti ini, maka dapat diketahui sikap anak balita dalam berperilaku sehari-harinya.
Dapat dikatakan anak balita tengah mengalami pertumbuhan masa kritisnya, tidak heran jika balita menjadi lebih aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Baca Juga: Begini Cara Merawat Kesehatan Gigi Balita, Agar Tak Bolong dan Keropos
Sehingga sangat riskan untuk anak ditinggalkan sendirian oleh kedua orangtua.
Pola Asuh Orangtua pada Anak Balita
Dengan kondisi pertumbuhan otak balita pada tahap ini, orangtua perlu memilih pola asuh anak yang tepat.
Ada strategi positif yang dapat diterapkan pada anak sejak dini pada usia anak balita, yaitu:
1. Terapkan kemandirian anak (mengambil alat makan, melepas pakaian, memakai pakaian sendiri)
2. Rajin berkomunikasi dengan anak (pada usia ini, anak sudah mengerti apa yang didengar dan mulai berusaha untuk menyatakan perasaan mereka dalam kata-kata)
3. Mulai arahkan dan libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari (anak diusia balita sudah mulai senang melakukann sesuatu sendiri dengan arahan orangtua, seperti menyimpan makanan, mengambil mangkuk, dan lainnya)
4. Awasi gerakan anak balita (saat usia tiga tahun, anak sudah aktif dalam berlari, memanjat, naik turun tangga sendiri, menendang, berlompat-lompatan)
Ini beberapa pola asuh yang sudah mulai bisa diterapkan dan diasah oleh orangtua sesuai dengan tahap perkembangan otak anak.
Dengan memahami kondisi ini, maka diharapkan dapat meminimalisir risiko kejadian yang tidak diinginkan.
Sehingga korban seperti balita jatuh dari hotel akibat kelalaian orangtua tidak lagi terjadi. (*)
Baca Juga: Selain Strict Parents, Kenali 3 Jenis Pola Asuh Lainnya Untuk Anak
Source | : | Kompas.com,hellosehat.com,nutriclub.co.id |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar