GridHEALTH.id - Ada banyak sekali korban tragedi Kanjuruhan, mulai dari pria, wanita bahkan anak-anak.
Bahkan, ada korban yang saat kejadian, di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022), mengalami koma, setelah siuman beberapa waktu kemudian kehilangan ingatan.
Bahkan korban kini dilaporkan kesulitan saat diajak berkomunikasi dan kerap bicara sendiri hingga berteriak histeris.
Ia disebut belum bisa melihat secara normal karena terkena gas air mata yang dilontarkan polisi kala itu.
Menurut sang ibu, Nurul Laily Trilestari, putrinya bahkan tak ingat kejadian-kejadian yang dialami sebelum kecelakaan.
Baca Juga: Ketahui Penyebab Rambut Rontok Setelah Melahirkan dan Berapa Lama Terjadinya?
Kenangan waktu kecil juga baru diingatnya belum lama ini setelah sang ibu memperlihatkan potret masa kecilnya.
Korban tersebut adalah Cahayu Nur Dewata (16), dilansir TribunWow.com, gadis asal Kota Malang tersebut sempat mengalami koma hingga akhirnya kehilangan ingatan sebagian.
Ditemui di rumahnya kawasan Kecamatan Sukun, Kota Malang, Cahayu tampak menatap nanar dengan mata merah.
"Kalau kejadian yang baru-baru belum ingat dia, baru yang waktu SD, TK itu," kata Nurul dikutip Kompas.com, Kamis (13/10/2022).
Diduga karena trauma, Cahayu hingga kini masih sulit untuk diajak berkomunikasi.
Baca Juga: Mengatasi Biduran Ala Rumahan, Cukup Pakai 4 Obat Alami Berikut
Ia juga kerap berbicara sendiri, mengigau bahkan sempat histeris ketika dikunjungi pejabat dari RSUD Kanjuruhan.
"Suka ngomong sendiri, mengigau mungkin masih terbayang-bayang, sempat itu ada kunjungan pejabat datang, dia teriak," beber Nurul.
Rupanya, gejala tersebut dialami Cahayu setelah ia sempat dinyatakan koma selama 3 hari.
Mengalami Pendarahan Otak
Gadis belia tersebut diduga terinjak-injak hingga ditemukan mengalami pendarahan otak.
Baca Juga: Jadi Peringatan! Kurang Gerak Salah Satu Ancaman Terjadinya Diabetes
Kini tak hanya mengalami gangguan mental, mata hingga tangan kanan Cahayu belum bisa pulih seperti semula.
"Koma tiga hari, sekarang sudah agak mendingan, tapi belum ingat semua," beber Nurul.
"Tangannya masih susah digerakkan sama ingatannya masih terbatas dan buat melihat masih agak buram."
Prihal pendarahan otak, dikutip dari clevelandclinic.org (4/5/2020), pendarahan otak menyebabkan kerusakan otak dan tentunya bisa mengancam jiwa.
Keseriusan dan hasil dari pendarahan otak tergantung pada penyebabnya, lokasi di dalam tengkorak, ukuran pendarahan, jumlah waktu yang lewat antara pendarahan dan pengobatan, usia serta kesehatan pasien secara keseluruhan.
Baca Juga: 7 Pilihan Makanan Penurun Kolesterol Tinggi yang Bisa Dicoba di Rumah
Ketika sel-sel otak mati karena kerusakan, mereka tidak akan beregenerasi.
Kerusakan sel otak yang parah dapat mengakibatkan cacat fisik, mental, dan berbasis tugas.
Pengobatan dan perawatan dokter diperlukan untuk mencegah kerusakan pendarahan otak semakin parah.
Perawatan untuk pendarahan di otak tergantung pada lokasi, penyebab, dan luasnya pendarahan.
Pembedahan mungkin diperlukan untuk mengurangi pembengkakan dan mencegah pendarahan semakin luas.
Obat-obatan tertentu juga dapat diresepkan.
Ini termasuk obat penghilang rasa sakit, kortikosteroid, atau osmotik untuk mengurangi pembengkakan, dan antikonvulsan untuk mengendalikan kejang.
Melansir laman WebMD (14/9/2020), seberapa baik pasien merespon perdarahan otak tergantung pada ukuran perdarahan dan jumlah pembengkakan.
Dengan perawatan yang tepat dan segera, berapa pasien dapat sembuh total.
Namun, ada juga yang mengalami komplikasi seperti stroke, kehilangan fungsi otak, sampai kejang.
Orang yang mengalami pendarahan otak yang tidak mendapatkan pertolongan medis cepat dan tepat dapat meninggal dunia.(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar