GridHEALTH.id - Dunia tengah dikagetkan dengan adanya tragedi perayaan Halloween yang memakan korban hingga ratusan orang di Itaewon, Korea Selatan dan diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah.
Belum ada keterangan resmi yang menyebutkan penyebab terjadinya tragedi ini, namun diduga desak-desakan picu korban alami henti jantung.
Ternyata kejadian serupa juga terjadi di Festival Musik Berdendang Bergoyang yang mengakibatkan puluhan penonton pingsan, diduga karena kekurangan oksigen.
Puluhan Penonton Berdendang Bergoyang Pingsan
Seperti yang ramai diberitakan, ada puluhan orang penonton Berdendang Bergoyang yang pingsan akibat kekurangan oksigen.
Berdasarkan keterangan dari polisi yang bertugas saat itu menyebutkan adanya penutupan pintu di Istora Senayan karena banyak penonton yang pingsan akibat desak-desakan, “Sudah penuh banget, banyak yang pingsan, karena pada enggak dapat oksigen,” kata polisi yang bertugas mengutip dari megapolitan.kompas.com (30/10/2022).
Selain itu, petugas menemukan panitia hanya menyiapkan satu tenda kesehatan sedangkan banyak yang meminta bantuan kesehatan akibat banyaknya penonton yang pingsan, namun sejumlah penonton yang pingsan pun langsung ditangani petugas medis.
Aksi saling dorong dan desak-desakan oleh penonton di luar pintu pun sempat terjadi, karena gagal untuk masuk ke dalam dan merasa kecewa hingga menuntut panitia untuk pengembalian tiket.
Kapasitas Penonton Berlebih, Izin Berdendang Bergoyang Hari Ketiga Dicabut
Festival Musik Berdendang Bergoyang yang seharusnya diadakan pada tanggal 28-30 Oktober 2022, namun harus diberhentikan pada hari ketiga.
Dilansir dari megapolitan.kompas.com (30/10/2022), Kepala Kepolisian Resor Jakarta Pusat Komisaris Besar Komarudin mengatakan, “Kegiatan Berdendang Bergoyang terpaksa kami hentikan karena over kapasitas dan membahayakan penonton.”
Baca Juga: Henti Jantung Penyebab 151 Orang Meninggal di Itaewon, Ini Pertolongan Pertamanya
Terkait dengan peristiwa ini, polisi telah memeriksa dua orang panitia yang bertanggung jawab dalam menjual tiket, karena tidak sesuai kapasitas lokasi, “Seputar jumlah tiket yang dijual, yang tidak sesuai dengan kapasitas dan surat izin yang dikantongi penyelenggara,” sambungnya.
Risiko Henti Jantung Akibat Aksi Dorong-dorongan
Belajar dari tragedi Itaewon dan Berdendang Bergoyang, dari dua kejadian serupa, dapat diketahui bahwa kerumunan yang terlalu penuh disertai dengan desak-desakan dapat memicu munculnya korban akibat kurangnya oksigen.
Sehingga masyarakat diimbau untuk tidak berdesak-desakan saat berada di kerumunan, karena kondisi ini bisa berakibat fatal dan berisiko terjadinya henti jantung.
Penting untuk mengenali risiko henti jantung dan penanganan pertama yang perlu dilakukan oleh seseorang ketika menemukan kondisi ini.
Dilansir dari laman PERKI (Perhimpunan Dokter Sepesialis Kardiovaskular Indonesia) Henti jantung atau cardiac arrest diartikan sebagai kondisi hilangnya fungsi jantung untuk memompa darah yang terjadi secara mendadak.
Henti jantung menjadi sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kurangnya oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh terutama otak dan jantung itu sendiri, dimana bila kurang oksigen ke otak, maka sel-sel otak akan mati dan hilangnya kesadaran dan fungsi otak lainnya.
Pada jantung, sel-sel jantung akan kekurangan oksigen, dan akan mati, lalu sel-sel yang telah mati tidak dapat dihidupkan kembali dan bila tidak cepat di tangani, maka dapat berujung pada kematian.
Penyebab dari henti jantung pun beragam, ada kejadian yang disebabkan oleh gangguan irama jantung, penyakit jantung koroner, abnormalitas lainnya pada jantung, dan bisa juga karena gangguan metabolik/elektrolit seperti kekurangan kalium dapat menyebabkan gangguan irama jantung, pemakaian obat-obatan, keracunan obat, trauma atau kecelakaan.
Tanda-tanda gangguan irama jantung yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan henti jantung adalah dapat dirasakan seperti pusing, atau rasa seperti mau pingsan, kehilangan keseimbangan tubuh, dapat juga langsung terjatuh dan kehilangan kesadaran.
Jika menghadapi seseorang yang langsung jatuh tergeletak, cobalah untuk memanggil dan membangunkan orang tersebut, bila tidak kunjung bangun, panggil bala bantuan dan kalau bisa, lakukan pertolongan pertama yaitu kompresi jantung dan paru (cardiopulmonary resuscitation). (*)
Baca Juga: Tragedi Itaewon Terus Bertambah, Awalnya Tidak Ada Korban WNI, Tapi Ternyata Ada
Source | : | Megapolitan Kompas,inaheart.org |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar