GridHEALTH.id - Kali ini kisah nyata penyintas HIV aids datang dari seorang ibu yang bisa memutus penyebarannya pada suami dan anaknya.
Suaminya meski melakukan hubungan intim dengan tidak tertular, begitu juga dengan anak-anak, negative HIV.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga daya tubuh semakin melemah dan rentan diserang berbagai penyakit.
HIV yang tidak cepat ditangani akan berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang mana kondisi ini merupakan stadium akhir dari infeksi HIV dan tubuh sudah tidak mampu untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.
HIV bisa berakibat fatal jika tidak diobati dan bisa menular dalam keadaan tertentu.
Maka itu, penting untuk mengetahui cara penularan HIV, untuk kemudian mencegah penularan penyakit ini.
Tak heran, jika banyak yang beranggapan negatif terhadap penyakit HIV aids ini.
Hingga akhirnya, seorang perempuan bernama Murni mencoba untuk memecahkan fenomena soal penularan HIV aids ini.
Dia pun bergabung dengan Yayasan Kanti Sehati sejak 2015 lalu.
Baginya, setiap orang berhak hidup sehat dan normal, serta terbebas dari bayang-bayang stigma dan diskriminasi.
"Sehari sebelum menikah, saya bicara empat mata dengan calon suami. Berat sekali sampai menangis. Saya sempat takut ditolak, tapi saya harus jujur dan tidak boleh bohong," kata Murni kepada Kompas.com, Jumat (21/10/2022).
Calon suami Murni sempat gamang dan lama dia termenung.
Baca Juga: Sadis, Penyintas AIDS Sekaligus TBC di Bekasi Mendapat Perlakuan Diskriminatif Keluarga
Namun, lantaran calon suami telah mengetahui pekerjaan Murni di Yayasan Kanti Sehati, dia pun yakin.
Dia hendak meruntuhkan stigma bahwa orang dengan HIV yang berumah tangga tidak akan membuat masa depan anaknya gelap dan memperpanjang mata rantai penularan.
Ibu dengan HIV otomatis menularkan ke anaknya, itu kata orang.
Realitanya, dia membuat program anak secara terencana dan terukur sehingga melahirkan anak yang sehat, negatif HIV.
Suaminya selama empat tahun menikah tetap aman dan tidak tertular.
"Kini usia anakku empat tahun. Dia sehat dan lucu, insya Allah dia memiliki masa depan yang bagus dan punya peluang yang sama dengan anak lain," kata Murni dengan suara bergetar.
Murni sempat mengalami masa-masa kritis pada 2013 lalu usai mengetahui mengidap HIV.
Bobot tubuhnya turun 30 kilogram, mulutnya sudah dipenuhi jamur dan perundungan datang silih berganti.
Untuk menghindari stigma dan diskriminasi di lingkungan kerja, Murni memilih mundur dari tempatnya bekerja.
Dukungan datang dari pendamping Yayasan Kanti Sehati, hingga akhirnya menyadari menerapkan pola hidup sehat serta terapi minum obat dan terus berpikir positif.
Kegigihan Murni membuat dirinya melewati masa-masa sulit.
Baca Juga: Kisah Penyintas Keempat di Dunia yang Bisa Sembuh dari HIV AIDS
Selama kehamilan, Murni rutin untuk memeriksakan diri ke puskesmas demi melakukan tes laboratorium vira load dalam darah, anestesis, dan berusaha mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi dan vitamin.
"Memang berat tantangan saat hamil, karena harus minum obat. Sementara hormon tubuh kadang berubah-ubah dan memicu muntah. Tapi itu (minum obat) harus dilakukan untuk menjaga anak dalam kandungan tetap sehat," kata Murni.
Kemudian saat hendak melahirkan, Murni harus tetap menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dengan rutin minum obat.
Ketika anaknya lahir, langsung diberi makan obat ARV khusus untuk anak, selama 6 minggu setiap 12 jam.
Untuk upaya pencegahan pertama ini, obatnya dalam bentuk bubuk.
Usai usia 6 minggu, anak diberikan antibiotik kotrimoxazol berbentuk sirup selama 6 bulan.
Setelah diberikan obat kesehatan anak terus dijaga dan tidak memberikan air susu ibu (ASI) secara langsung karena berisiko penularan.
Kini Murni memutuskan terjun menjadi pendamping untuk membantu penyintas lainnya.
Pada 2015, dia menjadi relawan di Yayasan Kanti Sehati.
Kala itu, secara ekonomi cukup berat, karena sudah tidak bekerja. Setelah melewati masa sulit, setahun berselang Murni diangkat menjadi pekerja di Yayasan Kanti Sehati.
Pekerjaan baru ini membuatnya senang karena dapat membantu orang-orang dengan HIV.(*)
Baca Juga: Kisah Penyintas HIV, 21 Tahun Hidup Berdampingan dengan HIV Aids
Source | : | Kompas.com,Rs-soewandhi.surabaya.go.id |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar