GridHEALTH.id - Idap penyakit langka, Celine Dion memilih untuk batalkan turnya dan mencoba lakukan penyembuhan.
Penyanyi internasional, Celine Dion mengumumkan kabar kurang menyenangkan.
Pasalnya, Celine Dion mengaku harus membatalkan tur manggungnya untuk beberapa waktu ke depan.
Kabar ini ia umumkan melalui media sosialn Instagramnya @celinedion.
"Celine Dion mengumumkan penundaan pertunjukan dari musim semi 2023 hingga 2024 dan pembatalan 8 pertunjukkan yang dijadwalkan untuk musim panas 2023," tulis Celine Dion.
Kabarnya, pelantun lagu My Heart Will Go On ini mengaku jika dirinya sedang sakit dan dalam tahap penyembuhan.
"Saya memiliki masalah kesehatan untuk waktu yang lama dan tidak mudah bagi saya untuk menghadapinya."
"Saya sangat sedih untuk mengatakan bahwa saya tidak akan siap untuk melanjutkan tur Eropa saya pada bulan Februari," terangnya.
Diberitahukan, Celine Dion ini mengidap Stiff Person Syndrome (SPS) yang membuatnya mengalami kejang otot yang parah.
Gangguan neurologis yang langka ini memengaruhi kemampuannya untuk berjalan dan bernyanyi, sehingga harus membatalkan tur dunia yang sedang dijalani.
"Kejang mempengaruhi setiap aspek kehidupan saya sehari-hari, terkadang menyebabkan kesulitan saat berjalan dan tidak memungkinkan saya menggunakan pita suara untuk bernyanyi seperti biasa," ungkapnya, lewat unggahan di Instagram.
Melansir dari Kompas.com, Stiff Person Syndrome (SPS) adalah gangguan saraf langka yang memengaruhi satu atau dua dari sejuta orang.
Penyakit ini terutama menyebabkan kekakuan otot yang progresif dan kejang yang menyakitkan.
"Ini adalah penyakit yang ditandai dengan kekakuan otot progresif, kejang otot, kekakuan – biasanya pada otot punggung, khususnya punggung bagian bawah, serta kaki bagian atas," jelas Dr. Kunal Desai, seorang ahli saraf Yale Medicine dan asisten profesor dari neurologi yang berspesialisasi dalam penyakit neuromuskuler, dikutip dari USA Today.
"Itu bisa mempengaruhi otot lain, termasuk otot di lengan serta otot berbicara dan menelan. Tapi itu kurang umum," katanya.
SPS termasuk penyakit yang menjadi ciri autoimun namun tergolong sangat langka karena menyerang 1-2 per satu juta orang.
Belum diketahui pula penyebab pasti gangguan saraf ini namun riset membuktikan SPS terjadi akibat respons autoimun yang salah di otak dan sumsum tulang belakang.
Desai menambahkan bahwa pengidap biasanya berusia 20-50 tahun, meskipun tidak mustahil terjadi pada orang yang lebih muda dan lebih tua.
"Penyakit ini juga dua sampai tiga kali lebih sering terjadi pada wanita," tambahnya.
Kejang otot tersebut bisa sangat parah sehingga orang tersebut mendadak jatuh.
"Kita semua mengalami kejang otot, tetapi ini adalah kejang otot yang berada di luar kendali Anda hingga otot terkunci dan sangat kaku. Ada distonia truncal," jelas Dr. Robert Wilson, ahli saraf dan direktur Autonomic Center di Cleveland Clinic.
Baca Juga: Diabetes Melitus Bisa Berisiko Merusak Saraf, Begini Penjelasannya
"Tungkai bisa terlihat terdistorsi dan berkerut. Saya pernah melihat orang benar-benar mematahkan anggota tubuh dari itu," ungkapnya.
Gejala ini dapat menyebabkan kesulitan berjalan, selain memicu kecacatan lainnya.
Pengidap SPS juga lebih cenderung mengalami depresi dan kecemasan yang sulit diprediksi, karena memiliki tingkat neurotransmitter GABA yang lebih rendah, yang mengatur kondisi mental tersebut.
Mereka juga takut keluar rumah karena rangsangan lingkungan seperti suara keras dapat memicu gejala penyakitnya.
Gejala Stiff Person Syndrome (SPS) pada setiap pasien bisa sangat berbeda dan signifikan tergantung spektrum keparahannya.(*)
Source | : | Instagram,Kompas.com |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar