GridHEALTH.id - Penyebab penyakit Crohn tidak sepenuhnya diketahui. Para peneliti percaya komponen genetik, keturunan, dan lingkungan dapat berperan dalam kondisi tersebut.
Dan meskipun stres tidak menyebabkan penyakit Crohn, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hal itu dapat memengaruhi IBD/irritable bowel disease dan penyakit Crohn.
Menurut Dr. Brian Coombes, penulis senior, profesor, dan ketua biokimia dan ilmu biomedis di McMaster University di Ontario, Kanada, banyak orang dengan laporan penyakit Crohn merasakan episode stres psikologis yang mendahului peradangan atau peningkatan aktivitas penyakit.
Contoh stres psikologis meliputi masalah hubungan, kematian orang yang dicintai, masalah keuangan, pindah rumah, atau masalah pekerjaan.
“Kami tertarik untuk lebih memahami hubungan antara otak dan usus yang mungkin mendorong hubungan antara stres dan hasil kesehatan yang buruk di usus,” jelasnya kepada Medical News Today.
“Fokus kami pada awalnya adalah bagaimana stres memengaruhi susunan mikrobioma usus, yang membawa kami pada penemuan baru tentang bagaimana stres berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh kita, sehingga menghambat kemampuan kita untuk menangkal bakteri terkait penyakit," kata Dr.Coombes
Untuk penelitian tersebut, tim Dr. Coombes menggunakan model tikus praklinis. Para peneliti menggunakan "pengekangan semalaman" sebagai stimulan stres psikologis pada satu kelompok tikus dan menghilangkan makanan dan air dari kelompok kontrol hewan yang cocok selama 16 jam.
Tikus dalam kelompok stres fisiologis menunjukkan peningkatan Enterobacteriaceae, keluarga besar bakteri, termasuk E. coli, yang dikaitkan dengan penelitian sebelumnya dengan IBD.
Dari sana, peneliti memberi tikus itu AIEC, dan mereka sekali lagi tidak memberi mereka makanan dan air atau memberikan tekanan pengekangan dalam semalam.
Tim menemukan jumlah AIEC pada hewan pengerat yang mengalami stres pengekangan semalaman meningkat secara signifikan, sementara kelompok kekurangan makanan tidak berubah.
Para peneliti melanjutkan percobaan mereka selama 1 bulan. Mereka menerapkan tekanan psikologis mingguan pada tikus, menemukan bahwa tekanan psikologis yang berkelanjutan menyebabkan "ekspansi yang nyata" dari AIEC di seluruh usus hewan pengerat.
Dan dalam studi model tikus AIEC, tim peneliti juga menemukan hormon stres membunuh sel CD45 + CD90 + yang membantu membuat IL-22, sitokin yang membantu memastikan sel-sel dinding usus berfungsi secara normal.
Source | : | Medical News Today,The Health Site |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar