"Bukan hanya kepada pasangan hidup, kepada keluarga pun hendaknya kita menyampaikan dengan jujur," kata perempuan berusia 46 tahun ini.
Bagaimana mau setara atau egaliter, jika penyintas tidak membuka diri kepada masyarakat karena keengganan membuka identitas sebagai penyandang tersebut biasanya dari diri kita.
Dengan membuka diri, maka masyarakat pun akan melihat kalau penyintas bisa hidup normal karena penularan pun tidak semudah virus-virus lain.
Stigma dan diskriminasi terhadap penyintas pun diharapkan akan terkikis.
Itulah kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang berani buka diri yang mencoba untuk setarakan nasib para pengidap lainnya.(*)
Baca Juga: Kisah Perjuangan Bunga Penyintas HIV, Berhasil Melawan Ganasnya Virus
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar