GridHEALTH.id - Pandemi Covid-19 memang masih belum usai. Muncul lagi varian Omicron XBB.1.5 dan telah mendominasi Amerika Serikat.
Sekitar 41% kasus Covid-19 yang terjadi di Negeri Paman Sam, disebabkan oleh subvarian Omicron tersebut.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan, subvarian XBB.1.5 telah menyebabkan peningkatan kasus dua kali lipat setiap minggunya hingga 24 Desember lalu.
Dalam satu pekan terakhir, angka kejadiannya hampir dua kali lipat dari prevalensi 21,7%.
Dikutip dari Live Mint, Minggu (1/1/2023), subvarian Omicron yang baru ini lebih kebal dan menular jika dibandingkan dengan subvarian BQ dan XBB.
Tak hanya itu, penularannya juga 120% lebih cepat daripada varian Omicron BF dan lainnya.
Melansir CNBC, Minggu (1/1/2023), para ilmuwan dan pejabat kesehatan Amerika Serikat telah memantau subvarian ini selama berbulan-bulan.
Disebutkan bahwa strain tersebut mempunyai banyak mutasi yang vaksin Covid-19 termasuk booster, menjadi kurang efektif.
Ahli virologi dari Universitas Johns Hopkins Andrew Pekosz mengatakan, mutasi tambahan yang dimiliki oleh subvarian XBB.1.5 membuatnya lebih mampu mengikat ke sel.
“Virus perlu mengikat erat sel agar lebih efisien untuk masuk dan itu dapat membantu virus menjadi sedikit lebihefisien dalam menginfeksi manusia,” ujarnya.
Kemampuan subvarian ini dalam mengikat sel melalui reseptor kunci, juga telah dibahas oleh ilmuwan dan asisten profesor di Universitas Peking Yunlong Richard Cao.
Baca Juga: Covid-19 BF.7 Sudah 15 Kasus di Indonesia, Alahamdulillah Tak Ada Tanda Lonjakan
Para ilmuwan dari Universitas Columbia, menerbitkan sebuah penelitian terbaru di jurnal Cell pada awal Desember lalu.
Mereka memberikan peringatan bahwa kemunculan subvarian seperti XBB dapat menjadi ancaman kemanjuran vaksin Covid-19 yang ada saat ini dan memicu terjadi lonjakan, serta re-infeksi.
Dilansir dari Axios, Sabtu (31/12/2022), sejauh ini tidak ada gejala khusus dari subvarian ini yang membuatnya berbeda dari infeksi Covid-19 lainnya.
* Pilek
* Hidung tersumbat
* Bersin-bersin
* Batuk tidak berdahak
* Sakit tenggorokan dan suara serak
* Sakit kepala
* Nyeri otot
* Menurunnya indera penciuman. (*)
Baca Juga: Kini Paracetamol Langka Imbas Kenaikan Kasus Covid-19, China hingga Hongkong Merana
Source | : | CNBC,axios.com,Live Mint |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar