Sebab, perkawainan anak menjadi satu bentuk tindak kekerasan yang bisa berdampak negatif pada anak itu sendiri.
Anak remaja pun dari sedini mungkin perlu diedukasi tentang apa yang mungkin terjadi jika dirinya mengalami pernikahan diri.
Meski keputusan pernikahan dini tidak disarankan, namun beberapa orang ada yang tetap memperjuangkannya.
Selain memberikan dampak pada sang anak, perkawinan anak di usia dini juga bisa berdampak pada calon anak yang dilahirkan kelak.
Bahkan, karena tidak adanya kesiapan yang matang dalam menikah, hal ini juga bisa berpotensi menimbulkan kemiskinan antargenetarasi.
Penting diketahui, melansir SehatNegeriku.Kemkes.go.id (30/09/2019), kehamilan remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan bayinya, juga dapat berdampak sosial dan ekonomi.
Kehamilan pada usia muda atau remaja antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi.
Kehamilan pada remaja juga terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi tidak aman.
Baca Juga: 6 Cara Cepat Cek Nomor BPJS Kesehatan dengan NIK KTP dari HandPhone
Persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun memiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi, dan balita.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukan bahwa angka kematian neonatal, postneonatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20-39 tahun.
Pernikahan usia muda berisiko karena belum cukupnya kesiapan dari aspek kesehatan, mental emosional, pendidikan, sosial ekonomi, dan reproduksi.
Pendewasaan usia juga berkaitan dengan pengendalian kelahiran karena lamanya masa subur perempuan terkait dengan banyaknya anak yang akan dilahirkan.
Hal ini diakibatkan oleh pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai.
Baca Juga: 60 Jam Tenggalam di Bawah Laut, Juru Masak Ini Dietmukan Hidup
Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual.
Begitu pula gejala PMS kurang diketahui oleh remaja. Informasi tentang HIV relatif lebih banyak diterima oleh remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10,6% laki-laki memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS.(*)
Baca Juga: Cara Simpel Jaga Kesehatan, Bisa Diterapkan untuk Karyawan Oleh Perusahaan
Source | : | SehatNegeriku-hamil remaja |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar