GridHEALTH.id - Saat pandemi Covid-19 mulai dari 2019 hingga saat ini, 2023 kata lockdown menjadi salah satuyang populer.
walau sudah banyak diketahui, tapi tidak banyak yang memahami apa itu lockdown sebenarnya.
Karenanya banyak yang heran mengapa tidak semua negara bis acepat dan memberlakukan lockdown.
hal itu pun terjadi di Indonesia.
Malah Jokowi mengaku dirinya harus semedi terlebih dahulu untuk memutuskan lockdown atau tidak di Indonesia.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Pemeriksaan Elektrokardiogram untuk Mendeteksi Berbagai Masalah Kesehatan Ini
Nah, berikut ini 3 pengertian lockdown secara umum.
Lockdown dapat berarti penutupan akses dari dalam maupun luar. Lockdown menjadi sebuah protokol darurat dan biasanya hanya dapat ditetapkan oleh otoritas pemerintah.
Kata ini juga bisa digunakan dalam arti melindungi orang di dalam fasilitas.
Dalam kasus virus corona, negara yang terinfeksi virus corona mengunci akses masuk dan keluar untuk mencegah penyebaran virus corona yang lebih luas.
Lockdown juga biasanya akan diikuti dengan larangan mengadakan pertemuan yang melibatkan banyak orang, penutupan sekolah dan universitas, hingga tempat-tempat umum.
Baca Juga: Obat Jerawat Punggung Acnes dan Kandungan Serta Cara Penggunannya
Usaha ini dilakukan untuk menekan risiko penularan virus corona pada masyarakat di luar wilayah lockdown. Lockdown ini bersifat temporer dan bisa dicabut sewaktu-waktu, jika kondisi dianggap sudah membaik.
Selain lockdown, ada pula istilah full lockdown. Full lockdown atau penguncian secara penuh berarti setiap orang harus tinggal di tempat mereka dan tidak boleh masuk atau keluar dari sana, kecuali hanya untuk beberapa hal yang diizinkan
Penerapan lockdown dianggap penting untuk mengurangi penyebaran wabah yang lebih masif.
hal ini terbumti saat pandemi pada 1918 saat Flu Spanyol melanda dunia, terbukti berhasil ketika diterapkan cukup awal dan cukup lama.
Lockdown menawarkan hasil yang lebih efektif dalam menekan penyebaran virus corona ketimbang membiarkan orang lain melakukan apa yang mereka mau secara bebas (free-for-all).
Baca Juga: Munculnya Panu Terasa Gatal Tak Tertahankan, Apakah Boleh Digaruk?
Percayalah untuk memutuskan lockdown atau tidak di sebuah negara tidaklah mudah. Karena menyangkut banhak dan aspek yang harus diperhitungkan dan dipertimbangkan matan-matang.
mengenai hal tersebut, Joko Widodo menceritakan saat dirinya bimbang dalam memutuskan kebijakan lockdown untuk mengatasi pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
Jokowi menyampaikan dirinya sampai harus semedi selama tiga hari agar kebijakan yang diputuskan tidak merugikan masyarakat.
“Saya semedi 3 hari untuk memutuskan apa ini, apakah kita harus lockdown atau tidak. Karena betul-betul sangat tidak memiliki pengalaman semuanya mengenai ini,” kata Jokowi saat membuka Rakornas Transisi Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Tahun 2023, Kamis (26/1).
Saat meminta pertimbangan kepada para menterinya kala itu, 80 persen meminta agar dilakukan lockdown atau karantina wilayah untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang lebih luas.
Bahkan DPR dan partai politik pun juga mendesak Jokowi untuk mengambil kebijakan lockdown.
“Tekanan-tekanan seperti itu pada saat mengalami krisis dan kita tidak jernih, kita tergesa-gesa, kita grusah-grusuh, kita bisa salah kita bisa keliru,” kenang Jokowi.
Masih menurut Jokowi, jika saat itu dirinya memutuskan mengambil kebijakan lockdown seperti kebanyakan yang diambil oleh negara lain, untuk mencegah penularan Covid-19, justru akan berdampak buruk terhadap masyarakat.
sebab untuk di Indonesia saat itu, dalam dua atau tiga minggu, masyarakat hanya memiliki peluang kecil untuk bekerja karena seluruh aktivitas dan kegiatan ditutup total.
Sementara negara tidak bisa memberikan bantuan kepada masyarakat saat itu.
Baca Juga: 1 dari 5 Anak Indonesia Stunting, Cegah dengan Makan Ikan 4 Kali Seminggu Bagi Ibu Hamil
“Apa yang terjadi? Rakyat pasti rusuh. Itu yang kita hitung sehingga kita putuskan saat itu tidak lockdown,” ujarnya.
jadi, Lanjut Jokowi, untuk menangani pandemi Covid-19 dan juga ekonomi nasional selama tiga tahun di Indonesia bukanlah hal yang mudah.
Bayangkan saja, jelasnya, pertama kali pandemi terjadi, pemerintah tidak memiliki pengalaman apapun untuk mengatasinya.
Bahkan WHO pun disebutnya juga sempat bingung dalam memberikan arahan penanganan Covid-19 kepada semua negara.
“Kita ingat awal-awal dari WHO disampaikan saya kan bertanya kepada mereka, 'Presiden ga usah pakai masker, awal-awal. Yang pakai masker hanya yang batuk-batuk yang kena saja'. Ga ada seminggu semua harus pakai masker, ternyata mereka bingung, kita juga bingung,” cerita Jokowi.
Selain itu, pemerintah pun juga sempat kesulitan dan kebingungan untuk mendapatkan Alat Pelindung Diri (APD) yang dibutuhkan para tenaga kesehatan di semua negara.
“Eee ternyata kita sendiri bisa berproduksi dan dikirim ke negara-negara lain. Saking memang posisinya posisi semua bingung,” tambahnya.
Walau praktiknya seperti, serbang bingung, Jokowi memuji manajemen makro dan mikro yang dilakukan pemerintah saat itu sangat efektif untuk menangani pandemi Covid-19 dan juga masalah ekonomi.
Karenanya Jokowi menyampaikan apresiasinya kepada seluruh jajaran dari tingkat pusat sampai desa yang membantu menangani pandemi bersama-sama.
Jadi untuk bisa mengambil keputusan terhadap masalah global, khususnya pandemi Covid-19, tidak harus disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan keadaan masing-masing negara.(*)
Baca Juga: Buccal Fat Removal Cara Cepat Meniruskan Pipi, Tingkatkan Drajat Kecantikan
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar