Kondisi tersebut diduga karena tekanan darah berhubungan dengan kandungan chlorhexidine, yaitu antiseptik yang mengatasi gangguan gusi (gingivitis) dan masalah rongga mulut lainnya.
Hasilnya, pencuci mulut mengkonversi bakteri dari nitrit menjadi nitrat.
Hal ini bisa dilihat melalui plasma nitrat yang terus menurun.
Menurunnya kadar plasma nitrat berhubungan dengan meningkatnya tekanan darah, dibuktikan dengan peningkatan tekanan darah responden, yang berkisar 2 hingga 3,5 mmHg, setelah dua kali menggunakan obat kumur dalam sehari.
Intinya para peneliti yakin, peningkatan tekanan darah berhubungan dengan berkurangnya jumlah bakteri baik dalam rongga oral. Bakteri baik menentukan kadar plasma nitrat hingga mengendalikan tekanan darah.
Baca Juga: Apakah Vaksin HPV Tetap Efektif untuk Orang yang Sudah Aktif Secara Seksual? Ini Kata Ahli
“Membunuh semua bakteri tiap harinya sangat berbahaya. Sedikit peningkatan dalam pembuluh darah berefek besar pada kematian dan kecacatan akibat penyakit jantung dan stroke,” kata Ahluwalia.
Dia juga menambahkan, riset ini tidak menganjurkan orang untuk berhenti menggunakan antiseptik pencuci mulut jika menderita infeksi gigi atau gusi.
Tapi alangkah baiknya tidak semua orang menggunakan antiseptik pencuci mulut, tanpa alasan yang jelas.
Selain itu ditegaskan, temuan ini tidak berlaku untuk semua obat kukur, karena tidak semuanya mengandung chlorhexidine.
Hanya saja kita harus hati-hati, sebab obat kukur umumnya bisa menyebabkan bahaya yang sama lantaran mengganggu keseimbangan bakteri di rongga mulut.
Baca Juga: Cegah Kanker Serviks, Vaksin HPV Bisa Diberikan Pada Anak Perempuan dan Laki-laki Sejak Kelas 5 SD
Karenanya di Amerika penggunaan obat kumur oleh masyarakat diperhatikan betul. Asosiasi Dental Amerika tidak merekomendasikan penggunaan pencuci mulut tanpa saran dari dokter gigi.
Penting diperhatikan, menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, peningkatan tekanan darah sebesar dua poin bisa memperbesar risiko kematian akibat stroke hingga 10 persen, dan penyakit jantung hingga tujuh persen.
Hipertensi juga bisa terjadi tanpa menunjukkan gejala apa pun.
Hal ini terbukti dengan fakta bahwa satu dari tiga orang dewasa yang mengalami hipertensi di Amerika tidak menunjukkan gejala apapun.
Hipertensi yang tidak membaik, bisa membahayakan tubuh dan mempengaruhi bagaimana darah terdesak hingga dinding arteri saat jantung memompanya.
Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi antara lain usia, sejarah keluarga, kelebihan berat badan, obesitas, serta fisik yang kurang aktif.(*)
Baca Juga: Aturan Pengendalian Tembakau Tak Kunjung Selesai, Apa Faedahnya?
Source | : | Kompas.com-kumur,RS Alirsyad Surabaya |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar