Studi dari Vital Strategies menyebutkan salahs atu yang menjadi penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta adalah asap batu bara yang berasal dari pembangkit listrik. Selain itu penelitian Centre for Research on Energy and Clean Air mencatat Jakarta dikelilingi 118 fasilitas industri yang berkontribusi pada pencemaran udara.
Kondisi udara sangat memengaruhi kualitas kesehatan seseorang, khususnya pada kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak, orang dengan penyakit pernapasan, hingga penyintas Covid-19.
WHO menyebutkan ada beragam bahaya polusi udara yang semakin memburuk untuk kesehatan jika dibiarkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, apalagi jika menimpa orang yang sudah sakit.
Kondisi ini meningkatkan risiko infeksi pernapasan, penyakit jantung, hingga kanker paru-paru. Oleh karena itu, memerangi polusi udara adalah tanggung jawab semua orang. Dibutuhkan kerjasama yang cepat dan proaktif untuk menguranginya.
Melihat urgensitas mengenai pentingnya mengurangi polusi udara sejak saat ini dan seterusnya oleh semua lapisan masyarakat, maka WHO merekomendasikan berikut ini:
Diharapkan pemerintah dapat mengurangi emisi dan tetapkan standar nasional yang memenuhi pedoman kualitas udara WHO. Bisa juga berinvestasi dalam penelitian dan pendidikan seputar udara bersih dan polusi, sebagai kunci mengurangi polusi udara.
Kebijakan publik lintas sektor harus mempertimbangkan kesehatan masyarakat sejak awal dan ditindaklanjuti dengan data dan alat yang memadai untuk menilainya.
WHO mengimbau untuk terus memperjuangkan ha katas lingkungan yang sehat dan berkelanjutan, mintalah pertanggungjawaban kepada pemerintah.
Kepada semua orang, baik pemerintahan, bisnis, individu, semua bertanggungjawab. WHO mengajak untuk memikirkan kembali terkait cara hidup dan konsumsi selama ini, serta buatlah pilihan yang berkelanjutan untuk diri dan anak-anak.
Greenpeace juga merekomendasikan jika ingin serius menangani masalah polusi udara, khususnya di Jakarta, maka bisa dengan menguatkan dan menyediakan transportasi publik yang memadai dan bebas asap, diadakan insentif untuk yang menggunakan kendaraan ramah lingkungan, lalu lakukan transisi energi dari batu bara menjadi energi bersih.
Melihat kondisi polusi udara di Bangkok memburuk dan begitu juga di Jakarta, masyarakat diharapkan untuk kembali mempertimbangkan dan menerapkan gaya hidup berkelanjutan. (*)
Source | : | Reuters,WHO,BMKG,Greenpeace Indonesia,Crisis24,Vitalstrategies.org |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar