GridHEALTH.id - Mengenai autisme tentu kita semua tahu atau paling tidak seirng mendengarnya. Tapi kita seringkali bingung, autisme ini penyakit atau gangguan perkembangan.
Sebab saat kita browsing di dunia maya alias googling, ada yang menyebutkan autisme penyakit, ada juga yang tidak.
Supaya tidak bingung, simak ulasan berikut ini.
Ketahulah, pada tahun 1943 seorang psikiater anak (Leo Kanner) menjabarkan dengan sangat rinci gejala-gejala ‘aneh’ yang ditemukan pada 11 pasien kecilnya, maksudnya anak-anak.
Leo Kanner melihat banyak sekali persamaan gejala pada anak-anak ini, tetapi yang sangat menonjol adalah mereka sangat asyik dengan dirinya sendiri seolah-olah mereka hanya hidup dalam dunianya sendiri.
Dengan alasan itu, dirinya memakai istilah ‘autis-me’ yang artinya hidup dalam dunianya sendiri untuk para pasiennya tersebut.
Prihal autisme, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merumuskan suatu kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat menegakkan diagnosis autisme.
Rumusan ini dipakai di seluruh dunia dan dikenal dengan sebutan ICD-10 (International Clasification of Diseases) 1993.
Para pakar sepakat jika autisme itu adalah gangguan perkembangan yang terjadi saat masa perkembangan awal anak.
Gangguan ini dapat diidentifikasi dengan adanya kesulitan kominukasi, interaksi social, perilaku dan aktivitas yang kaku.
Baca Juga: Berapa Lama Sesak Napas Terjadi karena Asam Lambung Naik? Ternyata Ini Kondisinya
Autisme dapat ditemukan pada anak anak yang pintar maupun yang mempunyai kepribadian santai.
Anak dengan autisme mungkin juga memiliki kebutuhan lain seperti ADHD dan disleksia yang perlu diintervensi.
Saat ini, kategori ASD (Autism Spectrum Disorder) termasuk:
• Gangguan Autisme (Autis)
• Sindrom Asperger
• PDD-NOS (autism atopic)
Berdasarkan tingkat keparahan gejala, anak dengan autism dapat dideskripsikan sebagai “high function” dan “low function”.
Baca Juga: Ini 3 Perbedaan Asam Lambung dan Maag, Masih Banyak yang Keliru
Anak-anak “low function” bias tantrum atau berperilaku kurang baik di kehidupan sosial. Anak-anak “high function” dapat mengontrol perilakunya, namun, memiliki kesulitan dalam berteman atau menjadi target pembulian di sekolah.
Sebagai orang dewasa, mereka mungkin mengalami kesulitan untuk bekerja karena lemahnya kemampuan social mereka.
Sedangkan menurut dr Lula Kamal saat menjadi Duta Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI), mengatakan, masih banyak yang berpandangan bahwa autisme adalah penyakit dan dapat menular.
Padahal autisme hanyalah gangguan tumbuh kembang yang menyebabkan anak tidak dapat fokus terhadap sesuatu.
"Autisme adalah gangguan tumbuh kembang sehingga membutuhkan penanganan khusus, dan autisme itu bukan penyakit dan tidak menular lho," Ujar dr Lula Kamal (23/10/2014), kepada media di Senayan City.
Baca Juga: Rekomendasi Merek Obat Ambeien Ampuh yang Tersedia di Apotek
Karena bukan penyakit dan tidak menular, secara teori anak autis boleh saja melakukan donor darah jika sudah memenuhi syarat berusia 17 tahun, berat badan di atas 45 kg dan memiliki kadar hemoglobin yang cukup.
Penting diketahui, bayi atau balita yang mungkin dengan autism biasanya tidak:
* Mengikuti objek secara visual
* Mengikuti gerakan orang menunjuk benda
* Melakukan kontak mata
Baca Juga: Pilihan Terbaik Obat Nyeri Sendi di Apotek, Salah Satunya Neurobion Forte
* Merespon pada suara yang familiar atau namanya
* Meniru ekspresi wajah seperti tersenyum
* Menggunakan gerakan seperti melambaikan tangan atau menunjuk benda yang manrik perhatiannya
* Membuat suara untuk mendapatkan perhatian orang
* Merespon pelukan atau ajakan bermain
Baca Juga: Tips Merawat Rambut yang Berhijab Agar Tidak Rontok dan Berketombe
* Memulai pelukan atau minta digendong
* Meminta bantuan.
Poin penting yang perlu diingat adalah anak dengan autism sangat lemah dalam atensi kelompok. Artinya, mereka tidak dapat secara spontan memperhatikan apa yang sedang diperhatikan orang lain.
Singkatnya, anak kebanyakan memulai komunikasi dengan ibu mereka dengan melihat pada ibunya terlebih dahulu.
Saat pandangan mereka bertemu, anak baru menunjuk pada seekor kupu kupu cantik. Kemudian mereka saling pandang lagi dan tersenyum.
Sebaliknya, anak dengan autism menujuk benda untuk mendapatkannya (meminta makan).
Anak-anak ini tidak secara automatis membuat kontak mata atau mengetahui keberadaan orang lain.
Jadi jangan salah kaprah lagi ya prihal autisme. Fix autisme bukan penyakit.(*)
Baca Juga: Sering Dikira Sama, Ketahui Perbedaan Pusing dan Sakit Kepala
Source | : | Autisme.co.id-au,YankesKemkes-autis |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar