GridHEALTH.id – Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang memang memerlukan pengobatan seumur hidup. Supaya hipertensi yang diidapnya bisa terus terkontrol, dan penyitas bisa hidup nyaman, dan tetap aktif.
Jadi kuncinya minum obat hipertensi rutin setiap hari sesuai dosis yang dianjurkan dokter.
Sayangnya, konsumsi obat hipertensi dengan rutin masih sering diabaikan oleh para penyintas hipertensi.
Padahal, penting diingat, obat hipertensi adalah kebutuhan untuk memperbaiki kualitas hidup penyintas dari ancaman komplikasi yang lebih serius.
Malasnya penyintas hipertensi rutin minum obat bisa karena beberapa faktor.
Baca Juga: Mulai Merabak Teror Tikus di Pacitan hingga 3 Warga Meninggal Dunia
Berikut penjelasannya dari dr. Antonia Anna Lukito, SpJP (K).
Dalam Pertemuan Ilmiah ke-17 yang diadakan oleh Indonesian Society of Hypertension (InaSH) beberapa waktu lalu, dan diikuti GridHEALTH.id, dr. Antonia menjelaskan seringkali orang dengan hipertensi masih suka denial dalam konsumsi obat hipertensi.
Saat ditanya lebih lanjut, dr. Antonia menjelaskan ini semua karena kurangnya pengetahuan pasien terkait pemahaman akan pentingnya konsumsi obat hipertensi.
“Kalau kita beritahu, bapak sepertinya sudah mulai darah tinggi lho, respons pertamanya adalah shock, karena mereka tahu hipertensi itu memang penyakit yang memerlukan pengobatan yang lama. Tidak ada orang yang senang dengan obat yang lama,” jelas dr. Antonia terkait alasan yang banyak dijumpai saat seseorang diharuskan minum obat ini.
Lebih lanjut, dr. Antonia menyampaikan orang hipertensi seringkali memiliki anggapan yang salah dalam melihat obat yang harus diminum setiap hari, dimana mereka menjadikan obat ini sebagai sesuatu yang membuat ketergantungan.
Baca Juga: Mengenal Sindrom Tourette yang Dialami Lewis Capaldi, Apa Penyebabnya?
“Mereka merasa itu (pengobatan hipertensi) adalah ketergantungan obat, konsep ketergantungan itu yang perlu diluruskan,” jelas dr. Antonia.
Dokter Antonia menekankan, adanya beda pengertian mengenai ketergantungan dan kebutuhan akan obat, “Jadi, ada konsep kebutuhan, ada konsep ketergantungan. Ketergantungan itu misalnya kita terhadap narkoba, karena kalau kita minum jangka panjang, itu malah membuat racun dan merusak. Itu ketergantungan, jadi ada unsur mengonsumsi sesuatu malah jadi sakit.”
“Kalau kebutuhan adalah mengonsumsi sesuatu agar menjadi sehat. Itu kebutuhan, saya selalu ulang-ulang kepada pasien. Bapak butuh, bukan ketergantungan,” sambungnya.
Baca Juga: Minum Kopi Bisa Turunkan Tekanan Darah Tinggi, Bagaimana Cara Konsumsinya yang Benar?
Selain sulit membedakan antara kebutuhan dan ketergantungan obat, biasanya pasien juga mengharapkan bisa berhenti minum obat, padahal nyatanya menurut dr. Antonia kesadaran untuk minum obat jadi peran kunci kepatuhan pasien.
“Pasien biasanya tanya, apakah longlife (seumur hidup), kita ga ragu-ragu (menjawab) longlife. Pada umumnya longlife dan pasiennya harus sadar itu longlife, sehingga dia patuh. Kalau sifatnya masih menghibur, ‘iya pak lihat nanti’, itu tidak membantu pasien. Jadi kita harus tegas,” ujar dr. Antonia.
Minum obat hipertensi bagi pasien adalah hal yang penting jika tidak ingin mengalami komplikasi yang lebih serius.
Berdasarkan pemaparan yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah tersebut, dikatakan bahaya hipertensi ada pada komplikasi, dimana kerusakan organ tubuh yang menjadi target.
Beragam organ tubuh yang bisa menjadi target komplikasi hipertensi, antara lain bagian mata, jantung, ginjal, dan otak.
Jika tidak dikontrol dengan obat, maka dapat menimbulkan keparahan hingga kematian.
Dokter Antonia juga mengingatkan jika orang dengan hipertensi itu semakin tua semakin memerlukan obat, “Orangtua itu pembuluh darahnya semakin kaku dan keras, akibatnya tensi semakin tinggi, meskipun yang tinggi itu biasanya yang atasnya. Jadi makin tua kita obatnya semakin nambah, kalau sudah tidak butuh obat itu artinya sudah lemah.”
Baca Juga: Ternyata Jenis Tepung ini Bisa Atasi Asam Lambung, Ini Cara Pakainya
Selain itu, diingatkan kepada pasien bahwa tugas pasien bukan hanya minum obat secara teratur, namun juga perlu melakukan kontrol rutin, sehingga dapat terus dipantau oleh dokter terkait perkembangan kondisinya yang dapat sewaktu-waktu berubah.
“Mendadak badannya menjadi gemuk, mendadak tambah kencing manis, mendadak tambah kolesterol, mendadak stroke, serangan jantung. Itu membutuhkan obat yang terus disesuaikan. Dipikir kalau darah tinggi minum obat selesai,” ujar dr. Antonia menjelaskan pentingnya kontrol rutin.
Menurut dr. Antonia, pasien hipertensi diharapkan bisa lebih patuh dalam menjalankan perawatan, mulai dari kontrol rutin dan konsumsi obat sesuai aturan, karena saat ini pun JKN sudah menjamin pengobatan hipertensi.
“Sekarang dengan adanya JKN hal itu bukan menjadi halangan, biaya menjadi halangan itu masa lalu, sekarang dia bisa ke faskes primer manapun, itu obat tersedia banyak, makin lama makin bervariasi dan tidak kalah canggih dengan (obat hipertensi) Amerika,” ujar dr. Antonia menyampaikan harapannya. (*)
Baca Juga: Kacang Mete Jadi Salah Satu Makanan Penyebab Asam Urat, Apakah Benar?
Source | : | Liputan acara 17th Scientific Meeting InaSH |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar