GridHEALTH.id - Triple burden of malnutrition adalah sebuah fenomena yang semakin memprihatinkan di banyak negara di seluruh dunia.
Berikut di bawah ini penjelasan apa itu triple burden of malnutrition, mencakupi definisi, penyebab, dampak, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi tantangan ini.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang triple burden of malnutrition, diharapkan kita dapat bekerja sama dalam mengurangi dampak buruknya dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Triple burden of malnutrition adalah mengacu pada kondisi yang terjadi ketika tiga bentuk malnutrisi, yaitu malnutrisi kurang gizi (undernutrition), kelebihan gizi atau kelebihan berat badan (overnutrition), dan defisiensi mikronutrien (micronutrient deficiency).
Itu terjadi secara bersamaan dalam suatu populasi, bahkan dalam keluarga atau individu yang sama.
Fenomena ini melibatkan ketidakseimbangan gizi yang kompleks dan merupakan tantangan kesehatan global.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, saat ini Indonesia mempunyai tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia.
Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 25,7% remaja usia 13-15 tahun dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi pendek dan sangat pendek.
Malnutrisi kurang gizi terjadi ketika seseorang tidak memperoleh asupan gizi yang memadai, seperti protein, energi, vitamin, dan mineral dan ini bisa menyebabkan stunting.
Sementara itu, kelebihan gizi terjadi ketika asupan kalori dan nutrisi berlebihan, terutama yang terkait dengan pola makan yang tidak sehat dan kebiasaan hidup yang tidak aktif.
Defisiensi mikronutrien melibatkan kekurangan vitamin dan mineral penting yang diperlukan oleh tubuh untuk fungsi yang optimal.
Baca Juga: Wajib Tahu 4 Pelayanan Stunting dari Pemerintah Bagi Remaja Hingga Balita
Terdapat beberapa faktor penyebab yang berperan dalam munculnya triple burden of malnutrition:
Perubahan pola makan yang cenderung mengarah ke konsumsi makanan olahan, berlemak tinggi, berkalori tinggi, serta makanan yang rendah serat, vitamin, dan mineral penting.
Urbanisasi sering kali menyebabkan perubahan dalam pola makan dan gaya hidup, termasuk peningkatan konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis.
Ketidaksetaraan ekonomi dapat mempengaruhi akses terhadap makanan bergizi dan menyebabkan ketidakseimbangan gizi dalam suatu populasi.
Perubahan lingkungan, seperti kerusakan lingkungan, perubahan iklim, dan bencana alam, dapat mempengaruhi ketersediaan dan aksesibilitas makanan yang berkualitas.
Triple burden of malnutrition memiliki dampak yang serius terhadap kesehatan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
Dampak-dampak dari triple burden of malnutrition antara lain:
Triple burden of malnutrition dapat menyebabkan masalah kesehatan kronis seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, dan kanker.
Di sisi lain, malnutrisi kurang gizi dapat mengakibatkan stunting, kekurangan zat besi, dan kelemahan sistem kekebalan tubuh, yang meningkatkan risiko infeksi dan penyakit menular.
Triple burden of malnutrition memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Biaya perawatan kesehatan yang tinggi akibat penyakit terkait gizi yang kronis membebani sistem kesehatan dan masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu, dampak buruk pada produktivitas tenaga kerja juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Jangan Terus Dibiarkan, Obesitas Ternyata Bisa Mengancam Kesehatan
Triple burden of malnutrition menghambat pembangunan berkelanjutan. Masalah gizi yang kompleks ini mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, termasuk keterampilan, konsentrasi, dan daya kerja.
Hal ini dapat berdampak negatif pada pendidikan, produktivitas, dan kemampuan suatu negara untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Untuk mengatasi triple burden of malnutrition, langkah-langkah berikut dapat diambil:
Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pola makan seimbang dan gizi yang tepat sangat penting. Kampanye penyuluhan gizi yang efektif dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang nutrisi yang seimbang.
Penting untuk memastikan akses yang adil dan terjangkau terhadap makanan yang kaya akan nutrisi. Inisiatif seperti program subsidi makanan, pengembangan pasar lokal, dan kampanye untuk mendorong produksi dan konsumsi makanan lokal yang sehat dapat membantu mengatasi masalah ini.
Diperlukan kebijakan yang mendukung lingkungan makan yang sehat. Ini termasuk pembatasan iklan makanan yang tidak sehat, regulasi pada produk makanan olahan, dan pengenaan pajak pada minuman manis dan makanan tinggi lemak.
Solusi untuk triple burden of malnutrition membutuhkan kerja sama lintas sektor, melibatkan pemerintah, lembaga kesehatan, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Sinergi antara berbagai pemangku kepentingan akan memperkuat upaya penanggulangan masalah ini.
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
Komentar