GridHEALTH.id - Memenuhi kebutuhan cairan untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi adalah hal penting.
Namun tidak hanya memerhatikan seberapa banyak air yang dikonsumsi, tapi yang juga tak kalah penting diperhatikan adalah kualitas air yang diminum.
Pasalnya, diketahui 7 dari 10 rumah tangga di Indonesia mengonsumi air yang sudah terkontaminasi.
Fakta tersebut dibuktikan dalam Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada 2020.
Bakteri yang mencemari air minum tersebut adalah E.coli dan hanya sekitar 11,9 persen rumah tangga saja yang mempunyai akses terhadap air yang aman untuk dikonsumsi.
Spesialis Gizi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) Dr. dr. Diana Sunardi, Mgizi, SpGK(K), mengatakan sumber air yang tidak sehat akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Dokter Diana menyebutkan, gangguan pencernaan seperti diare adalah masalah yang paling umum terjadi akibat konsumsi air yang tidak sehat.
Selain diare, gangguan pencernaan lain yang bisa terjadi karena air yang kurang baik yakni gastritis atau maag yang terjadi berulang.
"Biasanya akan diperiksa cairan lambungnya, nanti akan dilihat apakah ada kuman. Kuman penyebabnya adalah helicobacter dan ini juga didukung oleh penelitian lain, yang ternyata dipengaruhi oleh air minum," ujarnya dalam konferensi pers 'Tidak Semua Air Sama' yang diadakan Danone Aqua, pada Selasa (28/9/2023) lalu.
Sementara itu pada anak, ditemukan bahwa kualitas air memengaruhi tumbuh kembangnya dan berkaitan dengan risiko stunting.
"Hasil penelitian terbaru, menyatakan pada anak-anak stunting bakteri baiknya akan lebih banyak pada yang konsumsi air minum berkualitas, dalam kasus ini dibedakan antara air galon bermerk dengan air isi ulang," kata dokter Diana.
Baca Juga: Sudah Mulai Terlupakan, Inilah Sederet Manfaat Air Tajin untuk Remaja
Sementara pada anak-anak yang mengonsumsi air isi ulang dan tidak diketahui sumbernya, di saluran cernanya lebih banyak ditemukan bakteri jahat.
"Kesehatan saluran cerna ini ke depannya akan berdampak buruk pada tumbuh kembang anak, karena pusat dari imunitas atau pertahanan tubuh yang terbesar justru ada di usus," ujarnya.
"Jadi kalau usunya enggak sehat, secara keseluruhan kita tidak akan sehat," tambahnya.
Guru Besar Hidrogeologi Universitas Gadjah Mada Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana mengatakan, kualitas air yang dikonsumsi dipengaruhi dari mana air tersebut berasal.
"Air yang diambil dari tanah dangkal besar peluangnya untuk tercemar aktivitas manusia. Sementara air dari akuifer dalam sifatnya murni dan memiliki kandungan mineral alami sehingga aman dan menyehatkan untuk dikonsumsi," jelasnya.
Sumber air menjadi semakin penting karena air yang berasal dari sumber-sumber yang kurang baik memerlukan pemrosesan yang lebih kompleks.
"Kita menghimbau pemenuhan hidrasi harus memerhatikan sumber air minum, yang berkualitas karena akan mampu menjaga kesehatan. keputusan kecil dalam sumber air minum akan memengaruhi kesehatan keluarga, termasuk anak-anak," kata dokter Diana.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa air minum yang sehat biasanya memiliki ciri-ciri tersendiri, di antaranya:
1. Tidak berbau.
2. Tidak memiliki rasa.
3. Tidak berwarna.
4. Bebas patogen dan bahan berbahaya. (*)
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar