Beda baby blues dan postpartum depression juga dapat ditentukan dengan tingkat keparahan gejala yang dialami.
Selain itu juga intensitas atau tingkat keseringan sebuhah gejala dirasakan oleh sang ibu.
Umumnya, pada kasus baby blues syndrome gejala yang dialami oleh ibu sifatnya ringan sampai sedang.
"Maksudnya ada rasa murung, sedih, enggak bisa bonding dengan bayinya, merasa tidak layak menjadi ibu, merasa gagal, dan sebagainya tapi sifatnya ringan sampai sedang dan juga sementara," kata dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah-Pondok Indah ini.
Sedangkan ibu yang mengalami postpatrum depression, gejala yang dialami lebih intens dan berat.
Pada kondisi yang lebih parah, bahkan dapat muncul pikiran untuk mengakhiri hidupnya maupun sang anak.
"Pada kondisi yang berat bisa muncul pikiran suicide atau mengakhiri hidupnya, atau pikiran mengakhiri hidup anaknya juga. Karena berpikir anaknya lebih baik tinggal di surga daripada sama saya," jelasnya.
Dokter Zulvia menjelaskan, untuk mengatasi baby blues dapat dialkukan melalui pendekatan dukungan dari anggota keluarga terdekat.
Namun, cara itu tidak bisa dilakukan pada ibu yang mengalami postpatrum depression. Dibutuhkan juga terapi atau bahkan obat-obatan tertentu.
"Sama halnya dengan menghadapi penyakit lain, ketika ada penyakit tentunya tubuh butuh pengobatan. Apakah itu bantuan konseling dengan psikolog ataupun terapi yang lebih advance, lebih lanjut dengan psikiater," katanya.
"Di mana tidak hanya piskoterapi ataupun konseling, tapi juga obat-obatan jika diperlukan," pungkasnya. (*)
Baca Juga: Tasya Kamila Alami Robekan pada Jahitan Pasca Operasi Sesar Setelah Melahirkan Anak Kedua
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar