Ketika Laryngopharyngeal Reflux terjadi, kedua otot itu melemah dan tidak membuka maupun menutup sebagaimana mestinya.
Tenggorokan menjadi lebih sensitif dengan asam lambung daripada kerongkongan dan asam dapat mengiritasi tenggorokan.
Sehingga, timbul lah gejala tenggorokan gatal dan terjadi refleks alami tubuh, yakni batuk.
Ada lagi penjelasan kenapa setelah makan gorengan batuk. Berdasarkan penelitian yang terbit di Journal of The American Oil Chemists' Society, minyak yang dipanaskan berulang untuk menggoreng dapat menghasilkan senyawa akrolein.
Akrolein adalah senyawa hasil pembakaran asam lemak linolenik, kandungan utama minyak goreng.
Ketika makan gorengan, akrolein bisa mengiritasi dinding-dinding tenggorokan dan membuat peradangan akibat LPR semakin parah, begitu pula dengan batuk.
Ahli diet Ilyse Schapiro juga mengatakan, makanan berlemak seperti gorengan lebih sulit dicerna oleh tubuh.
Akibatnya, sistem kekebalan tubuh tertekan dan dapat memperburuk gejala pilek seperti sakit tenggorokan.
Makanan yang digoreng sering kali memiliki lapisan tepung yang kering dan kasar, sehingga bisa semakin mengiritasi tenggorokan.
Mitos makan gorengan sebabkan batuk, bisa saja benar karena makanan ini dapat memengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan.
Jika ingin tenggorokan tetap nyaman, direkomendasikan hanya mengonsumsi gorengan dalam jumlah sedang bila sama sekali tidak bisa menghindarinya. (*)
Baca Juga: Pantas Sering Dilarang Orangtua, Ternyata Ini Bahaya Terlalu Sering Minum Es Saat Cuaca Panas
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar