Sejak saat itu, Kharel menjadi enggan untuk makan nasi terutama nasi putih.
Hingga akhirnya setelah mendapatkan dukungan dari orang terdekat, Kharel mulai berani makan nasi, meksipun nasinya harus berwarna.
"Aku fobia dengan nasi putih itu sudah hampir 5 tahun dihitung dari 2019 bulan Maret," jelasnya.
Psikolog Klinis Ellyana Dwi Farisandy, M.Psi., menjelaskan fobia merupakan perasaan cemas berlebihan yang terjadi pada seseorang terhadap situasi atau objek tertentu.
"Rasa cemas berbeda dengan takut. Cemas terjadi terkait kemungkinan bahaya di masa depan yang belum tentu terjadi, sedangkan takut adalah reaksi ketika baha sedang benar-benar terjadi," katanya kepada GridHEALTH, Jumat (17/11/2023).
Jenis fobia yang kerap dialami oleh seseorang di antaranya: fobia terhadap binatang (kucing, laba-laba, atau burung) dan fobia lingkungan (cemas terhadap ketinggian, air, badan, dan sebagainya).
Selain itu ada juga fobia terhadap darah, fobia yang berkaitan dengan situasi sosial, dan fobia tipe lainnya termasuk yang dialami oleh Kharel.
Secara umum, menurutnya penyebab fobia dipengaruhi berbagai faktor yang meliputi biologis, psikologis, dan sosial.
Salah satunya faktor temprament misalnya neuroticism atau behavioral inhibition. Neuroticism merupakan dimensi kepribadian yang dicirikan oleh kecemasan, ketegangan, dan ketidakstabilan emosi saat mengalami pengalaman negatif.
"Behavioral inhibition adalah tipe tempramen di mana individu mengalami reaksi ketakutan pun menahan diri ketika dihadapkan dengan hal yang baru, baik orang maupun situasi," jelasnya.
Perasaan cemas dan khawatir ini juga bisa bersifat genetik, "ditularkan" dari satu orang ke orang yang lain melalui observasi, hingga pengaruh sikap orangtua. (*)
Source | : | Kompas.com,Wawancara |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar