Baca Juga: Kasus Mycoplasma Dilaporkan Terdeteksi di Jakarta, Masyarakat Diminta Jangan Panik
"Di buku-buku pedoman tentang pneumonia, mycoplasma sudah sejak lama disebut sebagai salah satu penyebab pneumonia pada anak," ujarnya.
Ia juga mengatakan, dibandingkan dengan bakteri atau virus penyebab pneumonia, bakteri ini tingkat keparahannya jauh lebih rendah.
Sehingga tidak perlu terjadi kepanikan, karena mortalitasnya pun rendah daripada pneumonia karena bakteri lain seperti pneumococcus.
"Makanya kalau literatur luar negeri, nama lain pneumonia kerena mycoplasma disebut walking pneumonia," kata dokter Nastiti.
"Kenapa? Karena pneumonia yang penyebabnya mycoplasma ini, anaknya jalan-jalan, beraktivitas biasa. Tidak seperti gambaran pneumonia khas yang anaknya harus diinfus," sambungnya.
Dijelaskan, gejala pneumonia karena mycoplasma pneumoniae hampir sama dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) lainnya.
"Diawali dengan demam, kemudian batuk. Batuk ini yang sangat mengganggu bisa sampai 2-3 pekan menetapnya," katanya.
Selain itu, gejala yang khas yakni nyeri tenggorokan, nyeri pada dada, dan juga badan yang lemas.
Untuk mencegah penyakit ini, dokter Nastiti mengingatkan selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Meliputi mencuci tangan, menggunakan makser ketika sakit, dan menerapkan etika batuk.
Untuk anak-anak, pemberian ASI eksklusif sangat penting dan perlu dibarengi dengan pemenuhan pemberian nutrisi seimbang.
Imunisasi juga perlu dilengkapi, karena ada banyak imunisasi yang berkaitan dengan pneumonia seperti DPT, HIB, campak, dan PCV. (*)
Baca Juga: Tanggapi Pneumonia Misterius, Kemenkes RI: Tingkat Fatalitas Rendah, Masyarakat Jangan Panik
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar