Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke mencatat, stres merupakan pemicu sakit kepala migrain.
Mereka menyatakan, beberapa orang mengalami migrain pada waktu yang dapaat diprediksi, msialnya akhir pekan setelah seminggu penuh mendapat tekanan di tempat kerja.
Migrain karena stres bisa menyebabkan gejala sistemik yang berkembang secara bertahap atau cepat.
Beberapa gejala yang sering dikeluhkan yakni sensitivitas terhadap cahaya atau suara, pusing, meriang, perubahan suasana hati, kelelahan atau sulit tidur, mual atau muntah, dan sakit kepala sedang hingga berat.
Tinjauan penelitian tahun 2022 mencatat, keluhan ini mungkin disebabkan oleh kontraksi otot.
Stres juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Kurang tidur dapat menyebabkan sakit kepala tegang karena meningkatkan kelelahan dan membuat sistem saraf simpatis waspada.
Sakit kepala setelah stres juga bisa berkembang karena perubahan pembuluh darah di otak.
Menurut National Headache Foundation, saat stres emosional, otak akan melepaskan bahan kimia tertentu.
Ini menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan sakit kepala.
Penelitian dari NHS mencatat, setelah periode ketegangan berakhir dan kadar stres turun, otak melepaskan neurostransmitter yang mengirim pesan ke pembuluh darah.
Hal ini membuat pembuluh darah menyempit dan kemudian membesar, sehingga menyebabkan sakit kepala. (*)
Baca Juga: Keramas saat Menstruasi Bikin Sakit Kepala, Mitos atau Fakta?
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar