GridHEALTH.id - Stunting merupakan masalah kesehatan yang dialami oleh anak di 1.000 hari pertama kehidupannya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan stunting sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kondisi ini ditandai dengan tinggi badan kurang dari -2 standar deviasi (SD) dalam kurva pertumbuhan WHO.
Kekurangan zat besi, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan ini.
Sebagai informasi, kekurangan zat besi adalah kondisi medis yang terjadi saat tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk memproduksi hemoglobin.
Hemoglobin merupakan protein dalam sel darah merah yang berfungsi untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Alhasil, tubuh yang mengalami kekurangan zat besi berisiko tinggi untuk mengalami anemia dan stunting.
Prevalensi anemia pada wanita hamil dan anak-anak di bawah usia 5 tahun terbilang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya.
Umumnya, orang yang mengalami anemia datang ke dokter untuk memeriksakan diri saat kondisinya sudah berat.
Dokter Spesialis Anak/Pediatrician dr. Kanya Ayu, Sp.A, menjelaskan ada banyak faktor yang menyebabkan kondisi ini hingga memicu stunting.
Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya stunting antara lain, tingkat ekonomi, nutrisi ibu hamil yang tidak memadai, tingkat pendidikan ibu yang rendah, infeksi, hingga pemberian MPASI yang kurang tepat.
Baca Juga: Anak Bertubuh Pendek Belum Tentu Stunting, Ketahui Perbedaannya Agar Tak Salah
Menaruh perhatian pada stunting diperlukan, karena kondisi ini berdampak besar pada anak.
Dampak stunting pada anak yakni memengaruhi kecerdasan anak dan membuat daya tahan tubuh lemah, hingga berisiko terserang penyakit.
Sementara efek jangka panjang stunting, yakni meningkatnya risiko sindrom metabolik, obesitas, stroke, kanker, darah tinggi, dan penyakit jantung.
Untuk menghindari gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, sangat diperlukan edukasi yang tepat sebelum dan selama hamil.
Sehingga, bisa memperoleh pengetahuan yang tepat tentang nutrisi bagi kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya.
"Dengan meminimalisir angka stunting, tentunya membantu pemerintah dalam membentuk generasi penerus bangsa yang bisa bertumbuh kembang dengan baik, dan tentunya lebih sehat dan berkualitas secara psikis," ujar dokter Kanya Ayu dalam keterangan resmi.
Berbagai jenis makanan bernutrisi yang ada di sekitar, dapat membantu memenuhi kebutuhan zat besi.
Akan tetapi, terkadang jumlah zat besi yang didapat dari makanan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan harian. Maka, bisa ditambah dengan mengonsumsi suplemen.
Deloni Anggraini selaku Brand Manager Maltofer dari Combiphar, menjelaskan bahwa Maltofer merupakan suplementasi zat besi oral.
Mengonsumsinya dapat membantu mencukupi kebutuhan zat besi pada anak-anak, remaja, dan dewasa.
Maltofer tersedia bagi segala usia dalam sediaan tablet kunyah, sirup dan cairan tetes bayi yang sudah tersedia di apotek online dan offline terdekat. (*)
Baca Juga: Anak Bebas Stunting, Seperti Ini Menu PMT yang Dianjurkan Dokter
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar