Menurutnya, ada tiga alasan mengapa kasus kematian karena kesepian tinggi di Jepang.
Hal ini, ada kaitannya dengan perubahan dalam tatanan kehidupan dalam keluarga Jepang.
"Dulu kami memiliki beberapa generasi keluarga yang tinggal bersama, namun hal ini tidak lagi terjadi karena anak-anak cenderung menjauh dari orangtuanya karena alasan pekerjaan," katanya kepada This Week in Asia.
"Selain itu, angka pernikahan telah menurun selama beberapa tahun dan itu berarti saat ini terdapat banyak orang lajang, bahkan di kalangan lansia," jelasnya.
Faktor penyebab yang terakhir, yakni rata-rata harapan hidup yang jauh lebih panjang.
Ini menyebabkan setengah dari pasangan lanjut usia, kebanyakan perempuan, hidup sendirian.
Nakagawa lebih lanjut menjelaskan, lingkungan sekitar biasanya saling melengkapi untuk memberikan dukungan bagi para lansian.
Namun, fenomena lonely death yang semakin marak, menunjukkan bahwa dukungan dan sistem jaminan sosial tidak memadai.
Alasan mengapa fenomena ini lebih banyak terjadi pada para pria, karena perempuan memiliki kecenderungan menjaga hubungan baik dengan keluarga dan tetangga.
"Jadi saya yakin fokus yang lebih besar perlu diberikan pada laki-laki lanjut usia yang tinggal sendirian dan cenderungan lebih terisolasi," pungkasnya.
Itulah penjelasan mengenai fenomena lonely death yang terjadi di Jepang dan Korea, serta beberapa faktor penyebabnya. (*)
Baca Juga: Apakah Kesepian Termasuk Depresi? Mengungkap Hubungan dan Dampaknya
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar