GridHEALTH.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan peringatan tentang kasus infeksi flu burung pada manusia.
Hal ini dipicu karena adanya laporan beberapa hari terakhir mengenai kasus tersebut.
Laporan terbaru WHO yang terbit 11 Juni 2024 menyebutkan, kasus infeksi virus Avian Influenza Tipe A (H9N2) pada manusia terdeteksi pada seorang anak yang tinggal di negara bagian Benggala Barat, India.
Anak tersebut memiliki riwayat kontak dengan unggas dan telah pulih serta diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Karena hal tersebut, Indonesia pun meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan flu burung (Avian Influenza) pada manusia.
Melansir dari laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan, Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M. menyatakan, pihaknya senantiasa memantau strain Avian Influenza yang berpotensi menular pada manusia.
“Sesuai dengan komitmen global, di sektor kesehatan manusia, strain yang dilakukan pemantauan adalah HPAI (Highly Pathogenic Avian Influenza), yaitu H5 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) tier 4 maupun LPAI (Low Pathogenic Avian Influenza) yaitu H7, H9, dan yang lainnya di Labkesmas Rujukan Nasional,” jelas Farchanny di Jakarta, Kamis (13/6/2024).
HPAI merupakan virus Avian Influenza yang sangat patogen dan menyebabkan penyakit serius serta mortalitas tinggi pada unggas yang terinfeksi.
Sementara itu, LPAI termasuk virus Avian Influenza patogen rendah yang tidak menyebabkan tanda-tanda penyakit atau penyakit ringan pada ayam atau unggas.
Menurut informasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, strain virus Avian Influenza kategori HPAI dan LPAI Tipe A dapat menyebabkan infeksi penyakit ringan hingga parah pada manusia yang terinfeksi.
Di Indonesia, pemantauan strain HPAI strain H5 dilakukan dengan meningkatkan surveilans sentinel Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Illnesses (SARI) dari adanya faktor risiko kontak langsung dengan unggas sakit atau mati mendadak dan lingkungan yang terkontaminasi.
Baca Juga: Indonesia Tingkatkan Kewaspadaan Terhadap Risiko Penularan Flu Burung
“Kemudian, meningkatkan surveilans infeksi pernapasan akut berat dengan faktor risiko untuk deteksi dini suspek flu burung,” lanjut Farchanny.
“Kami mengimbau para peternak ayam, itik, sapi atau hewan lainnya untuk menerapkan pengelolaan ternak dan kandang ternak dengan menerapkan hygiene dan sanitasi yang benar.
Jangan lupa juga selalu melakukan disinfeksi dan cuci tangan.” lanjutnya.
Selain itu, Farchanny meminta para peternak tidak menjual hewan sakit dan bila ada kematian ternak mendadak dan dalam jumlah besar segera melapor.
Untuk mencegah flu burung terjadi, apakah harus berhenti makan unggas? Jawabannya adalah tidak.
Alih-alih berhenti makan unggas, Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Achmad Farchanny Tri Adryanto mengatakan untuk tidak mengonsumsi unggas maupun mamalia yang sakit.
Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya antisipasi penularan flu burung pada manusia.
“Tidak mengonsumsi unggas dan mamalia yang sakit, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai pada saat kontak dengan unggas atau hewan mamalia sakit atau mati mendadak,” pesan Farchanny.
“Kemudian, melaporkan kepada dinas peternakan setempat bila ada kematian unggas atau hewan mamalia secara mendadak dan dalam jumlah yang banyak di lingkungannya.” tutupnya.
Nah, itu dia cara mudah mencegah flu burung terjadi.
Semoga bermanfaat! (*)
Baca Juga: Flu Burung pada Manusia di AS Timbulkan Gejala Pernapasan, Pahami Cara Cegahnya
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar