Hal ini dapat memicu masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi.
Tekanan dari peran sebagai istri dan ibu yang datang terlalu dini, ditambah dengan kurangnya dukungan emosional, dapat memperburuk kondisi kesehatan mental wanita.
Selain itu, kondisi jiwa yang tidak stabil dapat berpengaruh pada hubungan suami istri.
Bukan tidak mungkin akan banyak konflik yang terjadi dan mengakibatkan perceraian jika masing-masing individu tidak dapat mengendalikan diri.
Dari emosi yang tidak stabil akan berpengaruh pada pola asuh orang tua pada anaknya.
Padahal dalam perkembangannya, anak membutuhkan lingkungan keluarga yang tenang, harmonis, serta stabil sehingga anak merasa aman dan berkembang secara optimal.
Wanita muda yang menikah dini juga lebih rentan terkena penyakit menular seksual (PMS). Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seks yang aman dapat meningkatkan risiko terkena infeksi menular seksual seperti HIV/AIDS.
Selain itu, mereka mungkin tidak memiliki kendali penuh atas hubungan seksual dalam pernikahan, yang membuat mereka semakin rentan terhadap risiko penyakit.
Pernikahan dini memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap kesehatan wanita, baik secara fisik maupun mental.
Risiko komplikasi kehamilan, masalah kesehatan mental, kekerasan dalam rumah tangga, dan penyakit menular seksual adalah beberapa dampak negatif yang perlu diperhatikan.
Maka dari itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya pernikahan dini dan mendorong upaya untuk menunda pernikahan hingga wanita mencapai kematangan fisik dan emosional. (*)
Baca Juga: Pernikahan Dini Menjadi Penyebab Stunting, Apa yang Dilakukan KemenPPPA?
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar