Perasaan bersalah ini bisa berdampak buruk pada harga diri anak dan menyebabkan tekanan emosional yang berkepanjangan.
Perceraian juga dapat memengaruhi kemampuan anak dalam membentuk hubungan sosial. Anak-anak yang mengalami perceraian sering kali mengalami kesulitan dalam mempercayai orang lain dan bisa menjadi lebih tertutup.
Mereka mungkin merasa takut untuk menjalin hubungan yang erat karena takut akan kekecewaan atau penolakan. Hal ini bisa berdampak pada persahabatan dan hubungan mereka di masa depan.
Perceraian orang tua dapat memicu perubahan perilaku pada anak. Beberapa anak menjadi lebih memberontak dan agresif, sementara yang lain menjadi lebih pendiam dan menarik diri.
Mereka juga mungkin mengalami gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi di sekolah, atau bahkan mengalami masalah kesehatan seperti sakit perut atau sakit kepala yang berhubungan dengan stres.
Jika tidak ditangani dengan baik, masalah ini bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius di masa depan.
Anak yang mengalami perceraian orang tua juga lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan. Mereka mungkin merasa sedih karena kehilangan keluarga yang utuh dan khawatir tentang masa depan.
Tekanan ini bisa membuat mereka merasa cemas secara berlebihan, yang memengaruhi keseharian mereka, baik di rumah maupun di sekolah.
Perceraian orang tua dapat meninggalkan dampak psikologis yang signifikan pada anak-anak, termasuk stres, perasaan bersalah, dan gangguan emosi.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua yang bercerai untuk memberikan dukungan emosional kepada anak, menjaga komunikasi yang baik, dan memastikan anak merasa aman dan dicintai meskipun keluarga mereka telah berubah.
Dukungan dari orang tua, keluarga, dan profesional dapat membantu anak-anak melewati masa sulit ini dengan lebih baik. (*)
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar