Find Us On Social Media :

Waspada, Ahli Gizi Ungkapkan Tren Kenaikan Obesitas 18 % di Indonesia

Yang disebut obesitas adalah penumpukkan lemak yang tidak normal atau berlebihan di dalam tubuh.

GridHEALTH.id - Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia. Selain dapat menyebabkan masalah kesehatan secara fisik, kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah psikologis, seperti stres dan depresi. Ini juga termasuk tren kenaikan obesitas di Indonesia .

Baca Juga: Pemanis Buatan Ternyata Bisa Menyebabkan Obesitas, Ini Penjelasannya

Yang disebut obesitas adalah penumpukkan lemak yang tidak normal atau berlebihan di dalam tubuh.

Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus dapat memengaruhi kesehatan penderitanya. Ya, kondisi ini tidak hanya berdampak pada penampilan fisik penderitanya, tetapi juga meningkatkan risiko dalam kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

Setiap orang berisiko mengalami kondisi ini, anak-anak maupun orang dewasa, bila tidak  menjaga pola makan dan melakukan olahraga yang cukup.

Patut diketahui bahwa masalah  obesitas  mengalami kenaikan. Ketua Pergizi Pangan Indonesia Hardiansyah mengatakan tren kenaikan obesitas di Indonesia mencapai 18%

"Kalau di Indonesia gemukan itu (mencapai) 18%. Kalau Australia sampai hampir 50%. Kelihatannya lebih banyak, tetapi di Indonesia trennya naik terus sehingga kita harus cegah daripada nanti kayak Australia dan Amerika sulit. Itu kalau yang kita hitung usia remaja ke atas. Kalau di balita ada sekitar 10 %," kata Hardiansyah seperti dikutip dari merdeka.com (05/08)

Baca Juga: Terbukti, Jalan sehat Cara Jitu dan Mudah Cegah Penyakit Ginjal

Guru Besar dari Institut Pertanian Bogor (IBP) ini menjelaskan, isu soal obesitas makin berkembang di kawasan Asia. Namun, kenaikan tren obesitas di Indonesia tidak separah negara-negara di Asia lain semisal saja Malaysia.

"Negara yang agak mampu bisa menahan pelan kenaikannya itu (Obesitas) dua, Korea dan Jepang. Makannya kita perlu sharing," jelasnya.

Baca Juga: Wanita Tidur Mendengkur, Selain Bikin Suami Protes Ternyata Juga Ada Bahayanya

Di Jepang, masalah obesitas bisa ditekan karena masyarakatnya gemar memanfaatkan transportasi umum dalam beraktivitas. Mereka hampir tiap hari berjalan kaki kemudian berlanjut naik transportasi umum.

"Lihat di Jepang orang turun ke bawah ke stasiun itu jalan naik tangga lagi. Tidak seperti mobil nganter ke (depan) rumah," ucap dia.

Sementara tren kenaikan obesitas di Indonesia, kata Hardiansyah, akibat sejak kecil saja anak-anak sudah dibiasakan malas bergerak. Contohnya, jasa antar jemput anak-anak sekolah.

Masalah lainnya, desain tata kota. Faktor desain tata kota yang kurang mendukung terkadang membuat masyarakat malas berolahraga.

Kemajuan teknologi transportasi seperti kemudahan jasa pesan antar juga dapat memicu masalah obesitas. 

Baca Juga: Dokter Anak di Amerika Serikat Semakin Jarang Meresepkan Obat, Alasannya Sungguh Mulia!

"Sekarang juga era digital semua bisa di pesan ke rumah. Makanan saja sudah tiba di rumah. Ketika perjalanan baru melangkah sudah naik kendaraan, jadi orang kurang berjalan. Membangun mal jauhin dari parkiran biar orang jalan ke mal-nya. Jangan dibawah mal, itu sudah parkir terus ada lift lagi," ujarnya.

Dia melanjutkan, masyarakat perkotaan golongan menengah ke bawah cenderung lebih rentan terkena obesitas.

Tentang tren kenaikan obesitas di Indonesia, Hardiansyah memprediksi populasi masyarakat yang masuk golongan tersebut berada di kisaran 60-80% dari total jumlah penduduk Indonesia.

Baca Juga: Terbangun Tengah Malam Bikin Kualitas Tidur Terganggu, Ini Cara Mencegahnya

"Masyarakat perkotaan, terutama golongan menengah ke bawah paling rentan. Kalau golongan menengah ke atas dia biasanya terdidik.

Dia tahu, sekali gemuk kolosterol tinggi dia langsung ke dokter, langsung ke ahli gizi dan diatur makanan dan mulai taat," ujarnya.

Hardiansyah menjabarkan penyebab obesitas, di antaranya makanan, kurang aktivitas, durasi tidur, tingkat stres dan pola pikir.

"Karena orang tidak akan tidak bisa merubah perilaku makannya kalau pikiran dan perasaan tidak dikelola dengan baik," ujarnya.

Baca Juga: Adiknya Pernah Tabrak Rumah Mayangsari, Anak Sulung Bambang Trihatmodjo Kini Jualan Minuman Penuh Manfaat Kesehatan

Sementara, lanjut dia, tren kenaikan obesitas di Indonesia berisiko di masa tua mengancam masyarakat seperti hipertensi, diabetes, serangan jantung, ginjal hingga paru-paru.

"Kalau gemuk itu, apalagi di bagian tengah yang disebut visceral fat (Perut). Itu sangat berisiko timbunan lemak pada organ yang penting.

Di situ ada jantung, ada ginjal, ada paru-paru. Di mana lemak tengah itu banyak ada racun-racun di bagian itu. Itu akan merusak dan membuat inflamasi namanya radang.

Kalau itu bertahun-tahun gampang gulanya naik, gampang kolesterolnya naik, gampang tekanan darahnya naik.

Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Mengkhawatirkan, Konsumsi 7 Makanan Sehat Ini Untuk Perlindungan Paru-paru

Tiga paket tadi, hipertensi, gula tinggi, hiperkolesterol dan tidak lama lagi diabetes Kalau sudah luka tidak sembuh, tidak lama lagi mulai serangan jantung atau pecah pembuluh darah," jelas Hardiansyah panjang lebar.

Tentunya sangat mengkhawatirkan, tren kenaikan obesitas di Indonesia  bukan? (*)