GridHEALTH.id – Media Sosial sangat banyak memberikan manfaat bagi penggunanya. Pada dasarnya media sosial merupakan wadah untuk saling berbagi.
Namun di sisi lain, hal tersebut juga memiliki efek negatif. Salah satunya unggahan kemarahan dan kebencian yang terus meningkat dan sulit dikendalikan.
Baca Juga: Suka Marah-marah? Waspadai, Ternyata Ini Bahayanya Buat Kesehatan
Berdasar data Crimson Hexagon, di Indonesia dari awal tahun 2019 setidaknya ada lebih dari 70.000 pesan negatif beredar setiap harinya dan terus meningkat dari waktu ke waktu.
Tahun 2019 ini, ABC Sari Kacang Hijau bekerja sama dengan Xquisite Informatics berinisiatif mengurangi kemarahan di media sosial.
ABC Sari Kacang Hijau menemukan korelasi antara saat-saat menjelang waktu makan dan meningkatnya luapan kemarahan di media online.
Rasa lapar dapat mengubah seseorang menjadi sangat emosional, yang seringnya timbul sebagai stres, kecemasan, hingga kegelisahan.
Baca Juga: Studi: Kebiasaan Tidak Sarapan Tingkatkan Risiko Serangan Jantung
Kalau dalam bahasa Inggris, istilahnya menjadi hangry, penggabungan dua kata “hungry” dan “angry”, yang sering dipakai sebagai kata untuk menjelaskan fenomena di mana seseorang kalau lapar jadi marah.
Hangry bukan berarti kita menjadi orang yang pemarah dan tidak sabaran. Asal tahu saja, gara-gara lapar, seorang penyabar pun bisa berubah agresif saat perutnya lapar.
Penyebab kalau lapar jadi marah, seperti dilansir dari The Huffington Post, Paul Currie, seorang pakar perilaku nafsu makan sekaligus profesor psikologi di Reed College, mengungkapkan bahwa rasa lapar dapat mengubah seseorang menjadi sangat emosional, yang seringnya timbul sebagai stres, kecemasan, hingga kegelisahan.
"Organisme, ketika lapar, bisa mengabaikan sinyal rasa lapar itu tetapi mereka tidak bisa bertahan hidup lebih lama," terang Paul Currie, profesor psikologi dari Reed College.
Ini karena makanan adalah sumber energi utama bagi tubuh. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna dan diubah menjadi glukosa yang kemudian mengalir ke dalam aliran darah beserta nutrisi lainnya untuk menyuplai energi bagi setiap sel dan jaringan tubuh. Glukosa adalah makanan utama bagi otak.
Ketika seseorang melewatkan makan, bisa terpicu pergolakan emosi, dan lapar adalah sinyal yang sering ditunjukkan bersamaan dengan stres atau cemas.
Baca Juga: Studi: Pakai Kipas Angin Saat Udara Panas Bisa Memicu Heat Stroke
Beda dengan organ tubuh lain yang masih bisa menggunakan sumber energi lain supaya tetap berfungsi, otak hanya sangat bergantung pada glukosa agar bisa tetap bekerja.
Karena kekurangan nutrisi, otak juga bekerja lebih lambat untuk mengontrol emosi. Pasalnya, sinyal lapar yang dikirim otak juga ikut memicu pelepasan hormon stres adrenalin kortisol, yang membuat kita akan semakin sulit untuk mengontrol amarah dan emosi sehingga kalau lapar jadi marah.
Baca Juga: Hati-hati, 5 Gangguan Mata ini Disebabkan Polusi di Musim Kemarau
Ahli gizi dr. Juwalita Surapsari, Sp.GK menjelaskan hubungan antara rasa lapar dan emosi marah ternyata sangat erat kaitannya.
Saat lapar, orang akan merasa lebih tidak senang dan mudah marah. Hal ini mengarah pada penyebaran emosi negatif, termasuk di media sosial.
Untuk menghindari rasa marah karena lapar bisa melalui asupan nutrisi yang tepat, sebab pengaturan gula darah merupakan kunci untuk mengontrol emosi.
"Untuk menghindari rasa marah akibat lapar, saya menyarankan untuk mengonsumsi nutrisi yang tepat. Sebab pengaturan gula darah merupakan kunci mengontrol emosi," ungkap dokter Juwalita saat peluncuran kampanye ABC Sari Kacang Hijau 'Marah Karena Laper' di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (29/9/2019).
Baca Juga: Bau Badan yang Aneh dan Tajam Jadi Ciri Khas Penyakit , Coba Cek
Kalau membahas marah karena lapar, sambung dokter Jualita, itu dapat ditentukan dari makanan yang dimakan. Apabila makanan yang dikonsumsi banyak mengandung karbohidrat maka gula darah cepat naik dan cepat turun.
"Beda kalau protein, lemak, dan serat maka bertahannya lebih lama di pencernaan. Saya sarankan pilih snack yang mengandung ketiganya. Misalnya kacang hijau. Kalau tidak ada sari kacang hijaunya juga baik. Jadi lambung akan mencernanya pelan-pelan," tuturnya lebih lanjut.
Ia memaparkan, kacang hijau proteinnya tinggi, ada asam amino terentu yang membuat neurotransmiter menghasilkan hormon happy. Asam amino dalam serat membuat gula darah naik dan turun pelan-pelan.
Baca Juga: Mengungkap Resep Panjang Umur dari Penduduk 5 Negara, Mudah Ditiru !
"Bila belum sempat sarapan, atau di tengah waktu sibuk kerja, kacang hijau bisa menjadi kudapan mengatasi lapar. Kacang hijau juga bagus dikonsumsi saat lapar tengah malam," tutupnya. (*)