GridHEALTH.id – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat menganjurkan masyarakat untuk melakukan budidaya tanaman kelor.
Sebab, tanaman kelor dinilai dapat memberikan banyak manfaat untuk kesehatan bagi warga yang rutin mengonsumsinya.
Baca Juga: Bahaya Nampan Restoran Cepat Saji Terbesar di Dunia Ini Diungkap Mantan Karyawannya
Menurutnya, kandungan gizi yang ada pada tanaman kelor lebih tinggi daripada susu.
Dengan banyaknya manfaat yang terdapat dalam tanaman kelor, Viktor juga percaya program budidaya tanaman kelor yang dicanangkan bisa menjadi solusi untuk menekan kasus stunting di NTT.
Baca Juga: Berantas Stunting; Lurah Pulau Tidung Lakukan Pembibitan Daun Kelor Untuk Cegah Stunting
"Kalau kita mengkonsumsi kelor secara rutin maka sesungguhnya kita tidak perlu lagi minum susu. Kelor di atas dari susu. Kelor harus kita propagandakan terus di NTT," kata Viktor saat berbicara di Rumah Jabatan Bupati Malaka di Haitimuk, Minggu (9/02/2020) malam, dilansir dari Kompas.com.
Tanaman kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman yang tumbuh di negara-negara tropis dan sub-tropis, salah satunya Indonesia.
Daun, bunga, biji, dan akar tanaman ini telah digunakan sebagai obat tradisional selama berabad-abad.
Baca Juga: Daun Kelor Sedang Tren di Eropa, Kurangi Risiko Diabetes Hingga Mencegah Kebodohan
Tanaman ini telah digunakan sebagai obat tradisional untuk kondisi seperti diabetes, infeksi, nyeri sendi, kanker, dan kesehatan jantung.
Menurut WebMD, tanaman kelor memiliki banyak vitamin dan mineral penting.
Baca Juga: 7 Manfaat Kesehatan Ubi Jalar, Salah Satunya Tinggkatkan Kesuburan
Daunnya memiliki vitamin C yang 7 kali lebih banyak dari jeruk dan kalium yang 15 kali lebih banyak dari pisang.
Tanaman ini juga memiliki kalsium, protein, zat besi, dan asam amino, yang membantu tubuh menyembuhkan dan membentuk otot.
Tanaman ini juga dikemas dengan antioksidan, zat yang dapat melindungi sel dari kerusakan dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Ada beberapa bukti bahwa beberapa antioksidan ini juga dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi lemak dalam darah dan tubuh.
Baca Juga: Daun Kelor Penolak Hantu dan Sihir? yang Benarnya Untuk Kesehatan, Obat Diabetes Hingga Anti Aging
Di samping itu, Viktor juga meminta pihak gereja di NTT untuk mendukung program tersebut.
Caranya dengan menjadikannya sebagai salah satu prasyarat bagi warga sebelum menikah.
Baca Juga: 6 WNI Dikabarkan Kena Virus Corona di Batam, Ini Bantahan Kemenkes
"Jadi kalau ada yang mau menikah. Para perempuannya harus makan kelor. Kalau mereka tidak makan kelor maka mereka tidak dapat restu dari pihak gereja," ujar Viktor.
Namun, amankah mengonsumsi tanaman kelor?
Penelitian menunjukkan bahwa umumnya tidak masalah untuk memakan daun atau biji dari tanaman kelor.
Tetapi bisa berbahaya untuk makan kulit pohon kelor, terutama untuk wanita hamil.
Baca Juga: Sering Dianggap Tanaman Liar, Daun Kelor Ternyata Jadi Buruan Banyak Orang di Eropa
Zat kimia pada kulit pohonnya dapat membuat rahim berkontraksi dan menyebabkan keguguran.
Jadi, bagi para wanita hamil atau menyusui sebaiknya jangan mengonsumsi tanaman kelor. Tanyakan terlebih dahulu pada dokter sebelum mengonsumsi tanaman kelor.
Baca Juga: 5 Kebiasaan Sehat yang Dilakukan Untuk Menghindari Stroke di Usia Muda
Sementara itu, Pemprov NTT juga meminta Kabupaten Malaka untuk dijadikan sebagai model dalam melakukan budidaya tanaman kelor.
Pasalnya, kondisi geografis di wilayah tersebut dianggap sangat mendukung untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya terbaik di NTT.
#berantasstunting