Find Us On Social Media :

Viral Buku 'The Eyes of Darkness', Sang Penulis Buka Suara Usai Karyanya Dinilai Konspirasi tentang Virus Corona di Tahun 2020

Penulis buku 'The Eyes of Darkness' tidak memprediksikan tentan virus corona

GridHEALTH.id - Di tengah gempuran virus corona baru atau Covid-19, beragam berita miring pun mengiringinya secara tak terelakan.

Tak hanya di dalam negeri yang sering menerima berbagai berita miring megenai gejala hingga pencegahan virus corona, beragam isu negatif pun muncul di luar negeri.

Baca Juga: Virus Corona Diduga Senjata Pemusnah Massal yang Bocor, Jika Benar Bisa Membunuh Sekaligus 65 Juta Nyawa!

Santer terdengar bahwa virus corona ini merupakan senjata biologis yang melarikan diri dari laboratorium di Wuhan.

Bahkan yang belum lama ini menjadi hangat diperbincangkan yaitu sebuah buku yang dinilai telah memprediksi adanya virus corona yang akan menyebar ke berbagai negara besar.

Entah dinilai benar atau tidak, buku tersebut kini dianggap sebagai teori konspirasi virus corona (Covid-19).

Baca Juga: Gubernur Banten Wahidin Halim Sebut di Pondok Aren Ada Korban Meninggal Akibat Virus Corona, Camat dan Lurah Langsung Klarifikasi Fakta Lapangan

 

Kali ini seperti diwartakan South China Morning Post, sebuah buku terbitan 1981 pernah membahas soal virus corona dalam buku berjudul 'The Eyes of Darkness'.

Buku tersebut membicarakan laboratorium militer China yang menciptakan senjata biologisnya.

Baca Juga: Usia Kandungan 20 Minggu, Vanessa Angel Diringkus Polisi Atas Dugaan Kasus Kepemilikan Narkoba Padahal Bisa Sebabkan Kematian Bayi

 

Bagian menakutkan dalam buku itu menyebut ada virus bernama Wuhan-400 yang merujuk pada Covid-19 yang muncul pertama kali di Wuhan.

Tapi buku itu hanyalah buku karya sastra karya Dean Koontz, yang menceritakan seorang ibu, Christina Evans, yang melakukan perjalanan untuk mengetahui apakah putranya Danny masih hidup atau jika dia meninggal selama perjalanan berkemah.

Baca Juga: 6 Kesalahan Menyikat Gigi yang Masih Banyak Dilakukan, Membuat Gigi Cepat Berlubang

Dia kemudian berhasil melacaknya ke fasilitas militer di mana dia ditahan setelah dia secara tidak sengaja terinfeksi mikroorganisme buatan manusia yang dibuat di pusat penelitian di Wuhan.

Kutipan dalam buku tersebut berbunyi: 

"Saya tidak tertarik dengan filosofi atau moralitas perang biologis," kata Tina. "Saat ini aku hanya ingin tahu bagaimana Danny bisa berada di tempat ini."

"Untuk memahami itu," kata Dombey, "Anda harus kembali dua puluh bulan. Saat itulah seorang ilmuwan Cina bernama Li Chen membelot ke Amerika Serikat, membawa rekaman disket tentang senjata biologis baru paling penting dan berbahaya dari Tiongkok pada dekade terakhir. Mereka menyebut barang-barang itu 'Wuhan-400' karena dikembangkan di laboratorium RDNA mereka di luar kota Wuhan, dan itu adalah strain mikroorganisme buatan empat ratus yang dibuat di pusat penelitian."

Baca Juga: Tanpa Gejala, Idris Elba 'Heimdall' Positif Covid-19: 'Tetap di Rumah dan Bersikap Pragmatis'

Pusat penelitian yang dimaksud dalam buku tersebut seperti menunjukan Institute Virologi Wuhan yang merupakan satu-satunya laboratorium biosafety level empat di China.

Laboratorium ini memiliki tingkat tertinggi dalam memperlajari virus mematikan, terletak 32 km dari tempat virus corona pertama kali muncul.

Baca Juga: Ciri-ciri Terinfeksi Corona Covid-19 dan Solusinya, dan yang Akan Dilakukan Tenaga Medis

Kita mungkin pernah mendengar bahwa virus corona adalah senjata biologis buatan manusia, namun itu dibantah oleh China.

Selanjutkan kutipan dalam buku itu menuliskan, bahwa virus ini adalah senjata sempurna, karena bisa bertahan di luar selam lebih dari 1 menit.

 

“Wuhan-400 adalah senjata yang sempurna. Itu hanya menimpa manusia. Tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya. Dan seperti sifilis, Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia yang hidup selama lebih dari satu menit, yang berarti tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti halnya antraks dan mikroorganisme ganas lainnya."

Baca Juga: Jangan Salah Perawatan, Nyeri Punggung Bisa Sebabkan Penyakit Lain

“Dan ketika orang yang terpapar mati, Wuhan-400 dalam dirinya lenyap sesaat kemudian, begitu suhu mayat turun di bawah delapan puluh enam derajat Fahrenheit. Apakah Anda melihat keuntungan dari semua ini? "

Serupa dengan tulisan Dean Koontz, seorang penulis buku bernama Sylvia Browne juga menulis soal wabah pada tahun 2008 dalam bukunya berjudul End of Days: Predictions and Prophecies tentang End of World yang ditulis bersama Lindsay Harrison.

Baca Juga: Usia Kandungan 20 Minggu, Vanessa Angel Diringkus Polisi Atas Dugaan Kasus Kepemilikan Narkoba Padahal Bisa Sebabkan Kematian Bayi

Dalam tulisannya dia memprediksi ada penyakit berhubungan dengan pernapasan yang mendatangkan malapetaka bagi seluruh dunia.

Kutipan dalam buku tersebut berbunyi: 

"Pada sekitar tahun 2020, penyakit seperti pneumonia yang parah akan menyebar ke seluruh dunia," tulis Sylvia Browne dalam bukunya.

"Menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan menolak semua perawatan yang diketahui," tambahnya.

Baca Juga: Pasien 01 dan 02 Sembuh dari Virus Corona Usai 2 Minggu Diisolasi, Peneliti Sebut Kualitas Paru-paru Pasien Sembuh dari Covid-19 Akan Menurun

"Hampir lebih membingungkan daripada penyakit itu sendiri adalah kenyataan bahwa penyakit itu akan tiba-tiba lenyap begitu tiba," terangnya.

"Menyerang lagi sepuluh tahun kemudian, dan menghilang sepenuhnya," tulisnya.

Menurut lapora Sylvia Browne memiliki kemampuan psikis, namun dirinya telah meninggal tahun 2013 lalu.

 

Terlepas dari itu, benar atau tidaknya mengenai buku tersebut, namun sang penulis Dean Knootz rupanya tidak meprediksikan mengenai virus corona yang menyebar di tahun 2020. (*)

Baca Juga: Surat Terbuka Disabilitas Rungu ke Presiden Jokowi, Tuntut Hak Isu Covid-19

Artikel ini sudah tayang di Intisari Online dengan judul Buku Terbitan Tahun 1981 dan 2008 Ini Bisa Menjelaskan Rincian Wabah Virus Corona, Benarkah Virus Corona Adalah 'Mesin Pembunuh' Buatan China?