Find Us On Social Media :

Jenis Beras dan Porsi Makan Nasi yang Ideal Untuk Menghindari Diebetes

Illustrasi Nasi Bungkus

Baca Juga: Terkuak Sudah Alasan Presiden Jokowi Pecat Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty, Bukan Hanya Pernyataan Hamil di Kolam Renang

Untuk diketahui, melansir newhealthadvisor.org, memecah komponen karbohidrat nasi yang dimakan supaya bisa dimanfaatkan oleh seluruh sel kita, tubuh membutuhkan tenaga yang sangat besar untuk memprosesnya.

Proses tersebut dapat memicu peningkatan gula darah dalam tubuh. Supaya kadar gula tidak terlalu banyak dalam tubuh, secara otomatis pankreas menghasilkan hormon insulin.

Insulin meningkatkan kadar triptofan di otak. Selanjutnya, triptofan meningkatkan kadar hormon serotonin dan melatonin yang berkaitan erat dengan munculnya rasa mengantuk.

Jadi bisa dibayangkan jika kita makan banyak nasi maka pankreas bekerja lebih berat lagi untuk bisa menghasilkan hormon insulin lebih banyak.

Jadi, masih bolehkah mengonsumsi nasi setiap hari? Jawabannya boleh. Tapi harus tahu porsinya yang tepat.

Baca Juga: Tenteng Botol Sisa Hand Sanitizer, Balita 3 Tahun Ini Tersambar Kobaran Api hingga Hampir Seluruh Tubuhnya Alami Luka Bakar

Baca Juga: Sebagai Negara Riset Kelas Dunia, Singapura Prediksi Akhir Pandemi Corona Indonesia 1 Bulan Kedepan

Mengena hal ini, melansir healthline.com, metode Create Your Plate yang digunakan oleh Departemen Pertanian AS adalah cara yang baik untuk memastikan makanan kita tidak berlebih. Khususnya nasi.

Jika menggunakan rumus Create Your Plate, maka; piring makan kita harus mengandung 25 persen protein, 25 persen biji-bijian dan makanan bertepung, dan 50 persen sayuran tanpa tepung. Plus satu porsi buah atau susu di samping.

Nah, masukan nasi pada kelompok 25 persen biji-bijian dan makanan bertepung. Itulah porsi makan ideal untuk nasi.

Tepatnya, hanya makan nasi dalam porsi kecil. Yaitu, hanya 1/2 cangkir nasi. Itu sudah mengandung 15 gram karbohidrat.

Baca Juga: Mengerikan! Brigjen Pol Krishna Murti Unggah Penampakan Lendir Corona Pasien Covid-19