Find Us On Social Media :

Pasien Terakhir Sudah Pulang, dan 12 Hari Belum Ada Kasus Baru Virus Corona, Bukti Karantina Vietnam Sukses?

Vietnam berhasil menekan angka positif virus corona, bahkan tak ada kematian yang dilaporkan akibat otoritas kesehatannya tanggap sejak awal.

GridHEALTH.id – Banyak negara yang terkena dampak virus corona iri dengan apa yang terjadi di Vietnam.

Bayangkan, kasus pertama virus corona di Vietnam terjadi pada Januari lalu, tapi empat bulan kemudian, hanya ada 270 kasus Covid-19 dan tidak satu pun meninggal.

Sungguh luar biasa usaha yang dilakukan oleh negara dengan 100 juta penduduk yang berbatasan langsung dengan China. Setelah pasien terakhir pulang, Vietnam kini sudah 12 hari tidak ada kasus baru corona dari penularan lokal.

Negara komunis satu partai itu menerapkan sejumlah aturan yang secara signifikan memperlambat penyebaran virus corona, dan dipatuhi oleh seluruh rakyatnya dengan sukarela.

Sementara di negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura dan Malaysia yang awalnya juga sukses mengendalikan pandemi tapi kemudian dihantam gelombang kedua, Vietnam berhasil menjaga tingkat penularan serendah mungkin.

Sebagai perbandingan, di Selandia Baru yang penularannya juga sudah berhasil dihentikan, ada 1.126 kasus dengan 19 kematian.

Baca Juga: China Berang India Batal Beli Alat Tes Covid-19 Akibat Tak Akurat

Baca Juga: Istri Tak Kunjung Hamil? Suami Tak Perlu Malu Segera Periksa ke Dokter

Memang tidak semuanya berita baik, Vietnam juga melaporkan delapan pasien yang sudah sembuh ternyata dites positif lagi.

Dilansir dari Sydney Morning Herald, Rabu (30/4), Vietnam juga menerapkan aturan ketat yang melarang berbagai acara, festival, keagamaan, perayaan, dan olah raga. Sejumlah klinik kecantikan, panti pijat, bar, dan tempat-tempat hiburan juga ditutup.

Namun kelebihannya, negara ini sejak awal virus corona masuk langsung melakukan tes, dan telah melakukan  133.000 tes, salah satu yang terbanyak di kawasan Asia Tenggara menurut situs data Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Amerika Serikat.

 

Sejak Februari, di bandara Vietnam pemeriksaan suhu tubuh sudah dilakukan dan setiap orang diminta mengisi formulir pernyataan kondisi kesehatan.

Pertemuan lebih dari 20 orang dilarang di ruang publik. Semua warga asing dilarang masuk Vietnam sejak 22 Maret dan pemerintah juga melakukan penelusuran kontak dan karantina.

Tapi sekolah kini akan mulai dibuka lagi dan sejumlah larangan di transportasi publik dan penerbangan domestik kini mulai dilonggarkan.

Perdana Menteri Nguyen Zuan Phuc kemarin menandatangani proposal beroperasinya kembali industri ekspor beras mulai 1 Mei.

Baca Juga: Sahur Mepet Imsak Ternyata Tidak Dianjurkan Pakar, Ini Alasannya

Baca Juga: 7 Tanda Tubuh Kelebihan Garam, Salah Satunya Sering Pusing Kepala

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), Pusat Kontrol Penyakit dan  Penyakit yang berada di Amerika Serikat, salah satu kunci penentu kesuksesan Vietnam menekan pandemic Covid-19 adalah kebijakan hanya satu partai, yakni partai komunis.

Dengan demikian pemerintah bisa bertindak leluasa, dibantu lembaga kepolisian dan militer, untuk menekan penyebaran virus corona sekaligus kritik di dalam negeri. Juga membuat rakyat mematuhi semua perintah terkait pengendalian Covid-19.

Pengamat senior di Institut Kebijakan Strategis Australia, Dr Huong Le Thu, beralasan sistem satu partai membantu Vietnam melakukan koordinasi yang efektif.

Tapi di sejumlah negara demokrasi seperti Taiwan dan Selandia Baru juga bisa berhasil meski di kebanyakan negara demokrasi liberal kebanyakan parah.

Le Thu menyoroti tindakan sigap pemerintah dalam merespons masa awal pandemi. "Keputusan untuk mengisolasi kasus positif, mengecek rutin suhu tubuh warga di tempat umum, membatasi kerumunan massa sejak awal dan melakukan penelusuran kontak.

Vietnam mendapat kasus pertama pada akhir Januari dan di bulan itu juga mereka menutup penerbangan langsung dengan China. Pemerintah bertindak cepat tanpa menunggu kasus bertambah," kata dia.

"Saya pikir pengalaman di wabah sebelumnya, seperti SARS, dan kesuksesan mereka menanganinya. Vietnam adalah negara pertama di dunia yang mampu mengatasi wabah SARS--dan itu membantu," Le Thu menambahkan.

Baca Juga: Curhat Pilu Perawat yang Bertugas Cabut Ventilator, 'Aku Bagaikan Malaikat Pencabut Nyawa'

Baca Juga: Pasien Kanker Butuh Makanan Ini Agar Penyakitnya Tidak Bertambah Parah

 

Phil Robertson, wakil direktur Human Rights Watch di Asia yang kerap mengkritik rezim Vietnam,  dikutip dari Asia Pacifid Daily mengatakan , penerapan aturan yang ketat terhadap masyarakat memang mampu menekan penyebaran virus tapi tindakan itu berlebihan.

Namun ia juga mengakui, struktur sistem politik di Vietnam membuat pemerintah bisa menjalin komunikasi kepada warganya sampai ke tingkat yang paling bawah.

"Dan mereka punya orang-orang mumpuni di Kementerian Kesehatan. Mereka profesional dalam mengatasi ini bersama pemerintah," kata Robertson.

 Baca Juga: Manfaat Tinta Cumi, Dari Penyedap Masakan Hingga Antioksidan

Baca Juga: Akibat Anak Hidungnya Tersumbat, Orangtua Sedot Ingus , Bisa Merusak Rongga Hidung!

"Mereka juga punya pengalaman dengan SARS, mereka paham betul harus bertindak cepat, seperti Taiwan. Jadi mereka memulai semuanya sejak awal dan punya pengalaman dengan wabah virus dari China sebelumnya.”

Robertson menilai, Vietnam berhasil menekan angka positif virus corona, bahkan tak ada kematian yang dilaporkan akibat otoritas kesehatannya tanggap sejak awal.(*)

#berantasstunting #hadapicorona