Find Us On Social Media :

Ramai Terapi Konvalesen untuk Obati Covid-19, Darah Pasien Sembuh Kini Sudah Diperjualbelikan

Darah pasien sembuh Covid-19 kini sudah diperjualbelikan di pasar gelap.

GridHEALTH.id - Belakangan ramai dibicarakan terapi konvalesen untuk obati pasien Covid-19.

Banyak yang mengatakan dan meyakini terapi konvalesen ini mujarab untuk mengobati pasien yang sakit karena infeksi Covid-19.

Tapi satu hal yang mengagetkan, kini sudah diperjualbelikan darah pasien yang sudah sembuh dari Covid-19.

Untuk diketahui, terapi konvalen ini bukan metode baru.

Baca Juga: Kisah Heroik Dokter, Daki Gunung dan Lewati Sungai Demi Obati Pasien Demam Saat Pandemi Corona

Metode terapi konvalesen ini pengobatan menggunakan plasma darah dari pasien yang sudah sembuh.

Jadi, plasma darah pasien sembuh covid-19 ditransfusikan ke pasien yang sakit karena infeksi Covid-19.

Menurut dr. Yoga Pranata, SpAn dari RS Harapan Kita Jakarta, yang juga aktif di Yayasan Orangtua Peduli, saat ditanya oleh GridHEALTH.id melalai WA, "Manusia yang sudah sembuh dari sakit memiliki antibodi di dalam plasma darahnya. Nah dengan ditransfusi ke orang yang sedang sakit, diharapkan bisa membooster sistim imun si sakit."

Terapi konvalesen ini beda dengan vaksinasi. Masih menurut dokter Yoga, vaksinasi sistim imun tubuh aktif membuat atibodi.

Sedangka terapi konvalesen, sistim imun si sakit diberi antibodi yang sudah jadi dari plasma darah dari orang yang sudah sembuh dari sakitnya.

Baca Juga: Sang Ibu Wafat Akibat Diabetes, Baim Wong Akui Idap Penyakit Keturunan hingga Harus Jalani Operasi Katarak

Baca Juga: 8 Kelurahan di Wilayah Kerja Anies Baswedan Hingga Kini 0 Kasus Positif, Walau DKI Jakarta Red Zone Covid-19

Jadi singkatnya, tegas Yoga, pasien sakit karena infeksi Covid-19, diberi plasma darah dari pasien yang sudah sembuh dari Covid-19.

Diharapkan si sakit bisa mendapat antibodi yang sudah jadi. Sehingga diharapkan bisa cepat sembuhnya.

Mengenai kemujaraban terapi konvalesen ini, Yoga tida mengetahui secara pasti. Tapi menurutnya dengan terapi konvalesen di China ada yang berhasil sembuh dari Covid-19.

Hanya saja, menurutnya jika tidak salah, "dari sisi panduan pengobatan terapi konvalesen ini bukan terapi utama dan pertama yang harus dilakuan pada pasien Covid-19."

Tapi sekarang kenyataannya sudah terjadi bisnis plasma darah yang berasal dari pasien yang sudah sembuh dari Covid-19.

Menurut Daily Mirror pada Jumat (1/5/20) salah satu temuan paling mengejutkan yang dijual di pasar gelap adalah darah pasien Covid-19 yang sudah sembuh.

Baca Juga: Waspada, Terlalu Lama Menatap Layar saat WFH Rentan Terkena Computer Vision Syndrome

Penemuan ini, didapatkan oleh peneliti dari Universitas Nasional Australia yang membuat penelitian tentang penjahat cyber.

Dalam laporan itu mereka menemukanadanya yang memanfaatkan pandemi Covid-19 ini untuk bisnis besar-besaran di pasar gelap, ungkap Australian Institute of Criminology.

Darah itu berada di antara ratusan produk yang dijual di dark web, yang ditemukan tim hanya dalam satu hari penelitian.

Baca Juga: Baru Selesai Operasi Jantung, Kim Jong Un Malah Kembali Merokok dengan Santai usai 20 Hari Absen

Baca Juga: Bukannya Menyehatkan, Kebanyakan Olahraga saat Pandemi Corona Malah Sebabkan Berbagai Masalah Kesehatan

Menurut keterangan, melansir Intisari.id, darah pasien yang sembuh dari Covid-19 diduga digunakan untuk "vaksin pasif" untuk melawan virus corona.

Peneliti utama, Rod Broadhurst mengatakan kepada Radio ABC, darah itu akan digunakan untuk menyuntikkan seseorang yang mungkin rentan terhadap Covid-19.

Dia menambahkan,"kata saya itu adalah vaksin pasif, di mana plasma darah pasien Covid-19 yang sembuh diambil untuk antibodinya."

"Kemudian, mereka menyuntikkannya kepada pasien yang rentan terkena virus corona," tambahnya.

Selain darah, ada barang lain termasuk obat yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19.

Baca Juga: Bukannya Menyehatkan, Kebanyakan Olahraga saat Pandemi Corona Malah Sebabkan Berbagai Masalah Kesehatan

Baca Juga: Strategi Baru Anies dalam Tangani Pandemi Covid-19 di DKI Jakarta

Yang mengkhawatirkan, peneliti juga menemukan vaksin virus corona yang diyakini palsu, atau bocor dari uji coba yang secara nekat dijual ke pasar gelap.

Salah satu obat ditawarkan dengan harga mulai 25.000 dollar atau sekitar Rp300 juta, lapor ABC News.

Dari 20 situs gelap di dark web yang diselidiki, ada tiga yang menyumbang sekitar 90% dari produk virus corona yang dijual.

Profesor Broadhurst menambahkan,"bagi sebagian orang di luar sana, pandemi ini adalah peluang kriminal di mana mereka bisa merasakan takut dari kekurangan." 

"Kami pikir, akan melihat banyak tentang itu, dan kami membutuhkan banyak pemantauan dasar untuk mulai memastikannya," tambahnya.

Baca Juga: Sang Istri Sempat Keguguran, Ringgo Agus Stres Berat Dengar Kabar Tempurung Kepala Janin Belum Terbentuk

Baca Juga: Cara Mencukupi Kecukupan Gizi ODP dan PDP Selama Puasa Ramadhan

"Kami menemukan vaksin yang tidak aman, antivirus yang digunakan ulang, hingga darah pasien Covid-19 yang sembuh, dijual di sana," jelasnya.

"Produk berbahaya biosekuriti adalah barang paling berbahaya yang dijual di pasar gelap, mereka seolah bocor dari uji coba nyata, namun bisa saja palsu," imbuhnya.

Wakil Direktur Institut Kriminologi Australia, Dr Rick Brown mengatakan, penjualan barang semacam itu menimbulkan risiko nyata bagi kesehatan dan keselamatan.

Dark web sendiri mengacu pada pasar online, untuk barang-barang ilegal seperti obat-obatan dan teknologi yang dicuri.(*)

Baca Juga: 4 Pilihan Suplemen untuk Menjaga Stamina saat Puasa Ramadhan

#berantasstunting

#HadapiCorona