Find Us On Social Media :

Gorengan untuk Berbuka Puasa, Menguraikannya Butuh Waktu 15 Menit Berlari

Gorengan

GridHEALTH.id - Apa menu favorit buka puasa di bulan Ramadan?

Jika mau jujur orang Indonesia akan menyubut gorengan. Karena makanan terenak di dunia ini selalu hadir di saat buka puasa dan paling susah ditolak.

Benar kan?

Walau suka menyantapnya, kita pun perlu tahu jika menyantap gorengan saat buka puasa tidak dianjurkan.

Begitu jga jika menyantap gorengan saban hari mampu menimbun lemak di dalam tubuh karena banyaknya kalori dan tinggi lemak yang dikandung dalam gorengan.

Baca Juga: Hanya Di Indonesia, Gorengan Jadi Makanan Favorit Berbuka Puasa

Baca Juga: Tak Ada Kasus Corona, Negara Ini Klaim Rahasianya Karena Pohon Kelapa

Ahli gizi Desy Nur Arsanti, memaparkan daripada mengonsumsi gorengan terus-menerus, akan lebih baik jika diganti dengan makanan sehat yang memiliki kalori sama.

"Satu buah gorengan kalorinya beda-beda, bisa 100 sampai 200 kalori per buahnya. Itu setara dengan dua lembar roti gandum dan dua sampai tiga kali lipat sayuran yang pastinya lebih mengenyangkan, lebih sehat dan berserat," kata Desy dikutip dari Kumparan.com (29/05/19)

Dilansir dari Fat Secret, aneka gorengan seperti tahu, bakwan, risol dan lain-lain rata-rata memiliki 140 kalori, 2,5 gram lemak, 4 gram karbohidrat, dan 0,4 gram protein di dalamnya.

Baca Juga: Ternyata Ini yang Terjadi Pada Tubuh Kita Saat Puasa Ramadan

Sedangkan dua lembar roti gandum memiliki 190 kalori, 4 gram lemak, 31 gram karbohidrat dan 6 gram protein.

 

Angka dari masing-masing makanan ini memang tidak terlalu jauh berbeda, namun dua lembar roti gandum masih lebih baik disantap daripada gorengan.

 

Perlu juga diketahui, makan sebatang cokelat, kita mungkin butuh waktu 1 jam berlari atau bersepeda untuk membakar kalori yang didapat dari cokelat.

Sedangkan gorengan, sepotong gorengan bisa membutuhkan 15 menit berlari, dan jika kita makan banyak, kalikan saja berapa lama kita harus berlari atau melakukan olahraga.

Selain itu bahaya gorengan jika tidak dikeluarkan dengan cara olahraga;

Baca Juga: Jadi Yang Terbaik di Indonesia, Ini Formula Bali Berhasil Kendalikan Covid-19 Tanpa PSBB

1. Dapat menyebabkan kembung, sakit perust dan diare

Makanan berlemak menghabiskan lebih banyak waktu di perut, yang dapat menyebabkan berbagai keluhan, mulai dari kembung, mual, dan sakit perut.

Pada orang dengan keluhan pencernaan, seperti sindrom iritasi usus besar, pankreatitis kronis, atau gangguan perut, makanan berlemak tingkat tinggi dapat memicu sakit perut, kram, dan diare.

 

Baca Juga: Memakai Hand Cream Tak Hanya Urusan Wanita, Pria Juga Wajib Pakai Karena Alasan Ini

 

2. Merusak merusak mikrobioma usus

Makanan berminyak dapat mengganggu keseimbangan bakteri di usus, memungkinkan tekanan yang tidak sehat tumbuh. Hal ini terkait dengan penambahan berat badan dan berbagai penyakit kronis.

3. Menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas

Makanan berminyak yang dimasak dalam jumlah lemak yang besar dapat menyebabkan kenaikan berat badan karena jumlah kalori yang tinggi.

Baca Juga: 16 Tahun Dipisahkan, Kembar Identik Ini Akhirnya Bertemu Berkat Media Sosial, dan Baru Tahu Mereka Anak Adopsi

Berbagai studi juga mengaitkan asupan tinggi makanan cepat saji dan gorengan dengan peningkatan angka kenaikan berat badan dan obesitas.

Obesitas dikaitkan dengan banyak kondisi kesehatan yang negatif, termasuk penyakit jantung, diabetes, stroke, dan kanker tertentu.

Secara khusus, asupan lemak trans yang tinggi dapat menyebabkan penambahan berat badan sehingga menjadi gemuk.

Baca Juga: Simak 5 Khasiat Minyak Calendula Untuk Mengatasi Masalah Kulit

4. Meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke

Makanan berminyak memiliki beberapa efek negatif pada kesehatan jantung dan stoke karena efeknya pada berat badan, tekanan darah, dan kolesterol.

Selain itu, risiko penyakit jantung mungkin terkait dengan seberapa sering mengonsumsi makanan yang digoreng.

5. Meningkatkan risiko diabetes tipe 2 

Makanan berminyak dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Mengonsumsi makanan cepat saji, yang tidak hanya mencakup makanan berminyak tetapi juga minuman manis, menyebabkan asupan kalori tinggi, penambahan berat badan, kontrol gula darah yang buruk, dan meningkatnya peradangan. (*)

#berantasstunting

#HadapiCorona