Find Us On Social Media :

Ketua PMI Jusuf Kalla Sebut Indonesia Telat Lockdown Hingga PSBB Tak Maksimal, Kini Angkanya Tertinggi di ASEAN

Ketua Palang Merah Indonesia menyoroti masih tingginya angka positif virus corona di Indonesia.

GridHEALTH.id - Belum surutnya angka kasus positif Covid-19 di Indonesia, bahkan terus bertambah hingga menjadi 41.431 kasus (16/06/20) membuat Ketua PMI Pusat Jusuf Kalla menilai pemerintah pusat terlambat untuk menerapkan lockdown.

"Kita belajar dari negara berhasil dan tidak. China, Korea, Jepang, Taiwan, Vietnam, New Zealand itu negara yang berhasil. Yang lainnya belum karena kasusnya dibilang naik terus. Yang paling bagus Vietnam karena lockdown. Kita agak telat menerapkan lockdown. Tetapi masih adalah waktu untuk mengatasi ini," kata JK saat di Gedung Negara Grahadi, Rabu (17/06/20), dikutip dari detik.com.

JK menyebut negara yang sukses meredam penyebaran Covid-19 karena sudah bersiap sejak Januari 2020. Sedangkan Indonesia dinilai telat menyikapi pandemi Covid-19.

"Ini tidak mudah. Karena itu pertanyaannya mengapa Asia lebih cepat dari pada Eropa. Karena negara Asia yang sukses menekan penyebaran Covid-19 seperti China, Korea, Taiwan, New Zealand sejak Januari sudah melawan untuk menghindari juga mencegah.

Kita sendiri baru siap mulai Maret, sama dengan US, Inggris. Kesannya banyak orang yang memandang enteng. Padahal ini tidak bisa kita pandang enteng," jelas JK. 

JK menilai beberapa langkah dari pemerintah seperti menerapkan PSBB tidak berjalan efektif. Apalagi, sanksi tidak dijalankan dengan maksimal. 

Baca Juga: Gugus Tugas Covid-19 Sebut 144 Ribu Pekerja Migran Pulang ke Indonesia, Sebagian Terinfeksi Virus Corona

Baca Juga: Wow, Tidur Tanpa Celana Dalam Selain Seksi Ternyata Juga Bikin Sehat

"Kita menerapkan PSBB, atau apapun lah namanya. Kita PSBB tapi disiplin masyarakat rendah dan sanksi tidak kita jalankan," tandasnya. 

Dia menjelaskan untuk saat ini proses mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pihaknya berencana akan bekerja sama dengan RS untuk donor darah plasma convalescent. 

"Kita PMI menggerakkan teman-teman di Jatim. Sebenarnya teori kesehatan adalah mencegah dari pada mengobati. Kita akan ke RS untuk membantu plasma convalescent dan kita akan sangat ketat dalam memilih darah untuk donornya," jelasnya. 

 

JK menambahkan, di sektor ekonomi, stimulus yang dibuat oleh pemerintah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi akan sulit selama virus corona masih ada. 

"Apa pun stimulusnya kalau virus (corona) masih ada, ekonomi tidak akan naik. Contoh di mal masih sepi, orang tidak berbelanja karena khawatir ada virus corona. Akhirnya orang yang berjualan tidak mendapat pemasukan, tidak ada produksi karena daya beli turun," ujarnya.

 Di sektor pendidikan, JK menilai jika sekolah jarak jauh/di rumah berkepanjangan hingga 1 tahun, maka 1 tahun anak muda Indonesia akan tertinggal. 

"Maka PMI berprinsip mencegah lebih baik dari pada mengobati. Tapi tidak mungkin juga kalau tidak mengobati. Tugas PMI adalah menyelesaikan kesulitan ini, kalau tidak ada kesulitan, PMI tidak kerja nanti," pungkasnya.

 

Untuk diketahui, Indonesia kini menjadi negara dengan kasus infeksi virus corona tertinggi di Asia Tenggara, melampaui Singapura. Hingga Rabu (17/06/20), Indonesia memiliki sekitar 41.431 orang positif Covid-19, sekitar 16.243 sembuh dan 2.276 meninggal. 

Menurut data statistik Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins, Singapura memiliki selisih tipis kasus corona yakni sebanyak 41.216 dan 26 pasien meninggal. 

Filipina saat ini berada di urutan ketiga kasus tertinggi virus corona di Asean dengan 26.781 dan 1.103 orang meninggal. 

"Hari ini ada penambahan kasus kasus konfirmasi Covid-19 positif sebanyak 1.031 orang. Sehingga akumulasi total positif yang telah kita miliki sebanyak 41.431 orang," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto dalam jumpa pers, di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (17/06/20).

Yurianto menyebut kasus positif virus corona bertambah 1.031 kasus. Pasien positif yang sembuh naik sebanyak 540 orang. Sementara pasien meninggal bertambah 45 orang. 

Data yang disampaikan Yurianto merupakan angka yang diperoleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dari daerah hingga pukul 12.00 WIB siang ini. Selain itu pemerintah telah memeriksa 19.757 spesimen, sehingga total mencapai 559.872 spesimen. 

Sehari sebelumnya, Selasa (16/06/20), jumlah pasien positif virus corona mencapai 40.400 kasus. Sementara, jumlah pasien sembuh 15.703 orang, dan pasien meninggal 2.231 orang. 

Baca Juga: Waspadai Kencing Berbusa, Bisa Jadi Gejala Awal Gagal Ginjal 

Baca Juga: Tak Disangka, Masak Nasi dengan Cara Ini Ternyata Lebih Sehat dan Kurangi Kolesterol Hingga50%

Pertambahan kasus positif kemarin mencapai 1.106 kasus, yang berasal dari sejumlah daerah. Lima provinsi menjadi penyumbang kasus positif terbanyak, yakni Jawa Timur 245 kasus, Sulawesi Selatan 175 kasus. 

Kemudian Kalimantan Selatan 169 kasus, DKI Jakarta 101 kasus, Jawa Tengah 56 kasus, dan Sumatera Selatan 50 kasus. 

Baca Juga: Meski Sudah Minum Obat Jantung dan Pengencer Darah, Jangan Hentikan Kebiasaan Berolahraga

Baca Juga: Fakta Kaitan Stres dan Kanker, Ternyata Memang Tak Main-main

Di kawasan Asia, India menjadi negara dengan kasus virus corona tertinggi yakni mencapai 354.161. India mengoreksi jumlah korban meninggal pada Rabu (17/06/20), bertambah 2 juta jiwa sehingga total sebanyak 11.921 kematian. (*)

#berantasstunting #hadapicorona