Find Us On Social Media :

Update Covid-19; WHO Belum Tanggapi Prihal Jurnal yang Sebut Di Rumah Saja Membuat Virus Corona Tumbuh Subur

Aktivitas di rumah saja disebut membuat subur Covid-19.

GridHEALTH.id - Seiring mewabahnya virus corona (Covid-19), hampir seluruh masyarakat di dunia disarankan untuk beraktivitas di dalam rumah.

Akan tetapi baru-baru ini beberpa peneliti justru mengungkapkan bahwa aktivitas di rumah saja justru membuat virus corona menjadi tumbuh subur.

Dilansir dari NYPost.com (23/6/2020), temuan tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Photochemistry and Photobiology awal Juni.

Dalam studinya itu disebutkan bahwa meski hanya beraktivitas di rumah akibat kebijakan karantina wilayah, jam malam, atau lockdown, Covid-19 rupanya tetap bisa menyebar meski dalam skala yang lebih kecil.

Baca Juga: Ikan Kaya Gizi dan baik Untuk Otak, Tapi Ikan Seperti Ini Dilarang Dikonsumsi Ibu Hamil dan Anak-anak

Baca Juga: Setelah Angka Kasus Covid-19 Susul Jakarta dan Penyebabnya Diungkap Jokowi, Ditemukan 16 Ribu Anak di Jawa Timur Depresi

"Memaksa orang untuk tetap di dalam rumah mungkin telah meningkatkan penularan Covid-19 di antara penghuni rumah yang sama, dan di antara pasien atau personel di dalam rumah sakit atau fasilitas geriatri yang sama," menurut keterangan yang tercantum.

Sebaliknya, mereka yang beraktivitas di luar rumah berpeluang besar membunuh Covid-19.

Dalam hal ini, para peneliti menilai mereka yang beraktivitas di luar rumah terpapar oleh sinar matahari.

Baca Juga: Bukannya Cepat Pulang Setelah Sembuh dari Infeksi Covid-19, Kristianto Malah Jalan Kaki 8 km dari RS ke Rumahnya

Baca Juga: Deddy Corbuzier Ngaku Pakai Narkoba Bukan Untuk Tingkatkan Percaya Diri, Deputi BNN: 'Itu Boleh'

Sebab meneutu penelitian mereka juga terpapar sinar matahari setidaknya selama 11-34 menit pada pagi hari atau tengah  mampu meminimalisir penyebaran Covid-19 hingga 90 %.

Adapun pada bulan Desember hingga Maret, para peneliti menyimpulkan virus corona dapat hidup di permukaan hingga satu hari atau lebih.

"Data yang disajikan menunjukkan SARS-CoV-2 dinonaktifkan relatif lebih cepat (lebih cepat daripada influenza A) selama musim panas di banyak kota-kota padat di dunia, menunjukkan bahwa sinar matahari harusnya memiliki peran dalam mengurangi durasi pandemi coronavirus," ujar kesimpulan penelitian.

Baca Juga: Masker Senyum Indonesia Jadi Perbincangan di Luar Negeri, Efektifkah Mencegah Penularan Virus Corona?

Mengenai hal ini, belum ada tanggapan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pastinya, temuan ini justru bertentangan dengan pendapat WHO, dimana mereka berpendapat bahwa sinar matahari tidak mencegah atau menyembuhkan virus corona.

"Memaparkan diri pada sinar matahari atau suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat celciud tidak mencegah penyakit virus corona," terang WHO.

Baca Juga: Sudah Seminggu Ashanty Kesulitan Tidur, Ternyata Penyebabnya Masalah Lama

"Kita masih bisa terpapar Covid-19, tidak peduli seberapa cerah atau panas cuacanya. Negara-negara dengan cuaca panas telah melaporkan kasus Covid-19," lanjutnya.

Selain tiu, WHO juga menyarankan agar masyarakat tidak menggunakan lampu UV untuk mencoba memerangi virus corona ini.

"Lampu UV tidak boleh digunakan untuk mensterilkan tangan atau area kulit lainnya karena radiasi UV dapat menyebabkan iritasi kulit," tukas WHO.(*)

Baca Juga: Kemenkes Anjurkan Pakai Telemedicine, Akuratkah Screening Kesehatan Tanpa Bertatap Muka?

 #berantasstunting

#hadapicorona