Find Us On Social Media :

Terlalu Sering Minum Susu Kental Manis, Puluhan Balita di Tangerang Alami Stunting hingga Berat Badannya Alami Penurunan

Puluhan balita di Tangerang alami stunting akibat sering minum susu kental manis

GridHEALTH.id -  Kota Tangerang tergolong sebagai salah satu kota melek teknologi, pasalnya penerapan teknologi informasi berbasis elektronik di sana termasuk baik.

Tangerang bahkan menjadi kota terbesar ketiga di Jabodetabek punya banyak infrastuktur yang mendukung terciptanya sebuah kawasan hunian yang nyaman.

Baca Juga: Bukan Menu Utama bagi Anak, Susu Kental Manis Bisa Jadi Penyebab Stunting Anak Indonesia

Tidak tanggung-tanggung, Pemerintah Kota Tangerang telah menerapkan dan mengembangkan konsep Liveable, Investable, Visitable dan E-city yang disingkat menjadi LIVE.

Namun sayangnya, di balik kecanggihan infrastrukturnya, rupanya kecukupan gizi anak di masa 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) tergolong rendah alias stunting.

Baca Juga: Sudah Dipesan 100 Juta Unit, Vaksin Produksi Inggris Ini Tunjukkan Hasil Positif, Pengamat Pertanyakan Vaksin China Pesanan Indonesia, 'Jangan Sampai WNI Jadi Kelinci Percobaan'

Tercatat, ada sebanyak 36 anak usia di bawah 5 tahun berada dalam status gizi kurang.

Hal ini ditengarai akibat konsumsi susu kental manis pada anak usia di bawa lima tahun (balita).

Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar mengakui masih banyak anak-anak yang mengalami stunting atau masalah kurang gizi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, tercatat ada sebanyak 28,8 persen warganya menderita kurang gizi.

"Stunting ini masih dianggap biasa, padahal ini berdampak pada pertumbuhan anak, masyarakat harus tahu masalah stunting supaya bisa diminimalisir keberadaannya," ujar Ahmed Zaki, dikutip dari Nova.id.

Baca Juga: Siap-siap! Harga Rokok Naik Rp 100 Ribu per Bungkus, Mensos Juliari Singgung Jumlah Peningkatan Kasus Perokok Anak di Indonesia

Aktivis kesehatan anak, Yuli Supriati mengatakan di beberapa daerah, stunting masih belum menjadi kekhawatiran masyarakat.

Calon ibu dan ibu-ibu muda, dikatakan Yuli masih banyak yang tidak teredukasi mengenai stunting.

“Masyarakat tidak paham apa itu stunting, apa penyebabnya, seperti apa tanda-tandanya dan apa yang harus dilakukan. Saya menemukan, beberapa anak dengan usia 2 tahun, berat badannya hanya 2 kg, tapi orang tuanya masih ngotot anaknya baik-baik saja,” jelas Yuli.

Baca Juga: Studi: Anak-anak Berusia 10 hingga 19 Tahun Sebarkan Virus Corona Layaknya Orang Dewasa

Disebutkan Yuli, dalam kunjungannya ke Puskesmas Tigaraksa, Tangerang beberapa waktu lalu, ia mendapati sebanyak 36 anak balita dalam status gizi kurang, termasuk 21 anak diantaranya berada pada rentang usia 1 – 2 tahun.

Di desa Cileleus, Tigaraksa Tangerang, Yuli bertemu Mutia dan Tegar, dua balita penerima program pemberian makanan tambahan (PMT) dari Puskesmas Tigaraksa.

Mutia dan Tegar berusia 2 tahun, dengan berat badan yang hanya 7  kg. Padahal, untuk anak normal, di usia dua tahun seharusnya memiliki berat badan 14 kg untuk perempuan dan 15 kg untuk laki-laki.

“Pas bayinya mah dikasih ASI, tapi kan bapak ibunya kerja, anaknya dirawat saya. Kalau pas lagi ada (uang), dibeliin susu kaleng, sering juga diutangin di agen,” ujar Amah, nenek yang merawat Mutia. Susu kaleng yang dimaksud Amah adalah kental manis.

Amah sendiri sudah tak mengingat sejak kapan cucunya mengkonsumsi susu kental manis sebagai asupan nutrisi. Dalam sehari, Mutia bisa mengkonsumsi 3 – 4 gelas susu kental manis.

Baca Juga: Bio Farma Segera Launching Vaksin Covid-19, Produk Sinovac Biotech Ltd Sudah Diborong dan Sampai Indonesia

Tak jauh berbeda dengan Mutia, Tegar yang waktu ditemui berada nyaman dalam gendongan ibunya pun seringkali mengkonsumsi susu kental manis.

“Kalau lagi enggak punya uang ya enggak dikasih apa-apa, kalau lagi ada beli susu yang sachet-an saja di warung,” jelas ibu dari Tegar.

Padahal perlu diketahui, susu kental manis disinyalir menjadi salah satu faktor penyebab stunting pada anak Indonesia.

Pasalnya, susu kental manis atau krim kental manis bukanlah murni produk turunan dari susu.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), susu kental manis sebenarnya bukanlah produk susu seutuhnya.

Bahkan kental manis juga tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah lima tahun.

Baca Juga: Gizi Bukan Faktor Mutlak Penentu Imunitas, Ini Cara Mengoptimalkannya Melalui Kesehatan Saluran Cerna

Krim dengan rasa manis yang menggungah selera ini juga rupanya dianggap menjadi pemicu stunting.

Senada dengan penuturan BPOM, Dirjen Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Dr. Dhian Proboyekti Dipo, MA juga menuturkan bahwa susu kental manis tidak diperuntukkan bagi anak-anak.

Berdasarkan Data Komposisi Pangan Indonesia, dalam 100 gr susu kental manis mengandung 343 Kal, 10 g lemak, 3 g protein, 55 g gula, 275 mg kalsium, dan 0 g serat.

Artinya, tanpa kandungan serat, susu kental manis tidak bisa dijadikan sebuah minuman atau makanan yang mengenyangkan dan melancarkan pencernaan.

Baca Juga: Masuk Bulan ke 5 Pandemi Covid-19 di Idonesia, Ningsih Tinampi Obral Ilmu Taklukan Penyakit yang Dimilikinya

Namun asupan gizi tersebut dinilai tidak bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Kendati demikian, tingginya angka orangtua yang memberikan anak-anaknya susu kental manis ini menjadai salah satu PR tersendiri bagi Kemenkes dan lembaga-lembaga lainnya guna menanggulangi stunting. (*)

Baca Juga: Update Covid-19; Kemenkes Sebut Ada 7.008 Anak di Bawah Umur yang Telah Terinfeksi Virus Corona

#berantasstunting #hadapicorona