Find Us On Social Media :

Cerita Pilu Jannah dari Kulon Progo, Tetap Semangat Belajar Meski Tangan Layu Karena Tumor Otak

Tsumarotul Jannah, siswi asal Kulon Progo yang semangat belajar meski tangan layu karena menderita tumor otak.

GridHEALTH.id - Meski mengalami banyak kekurangan, nyatanya tak membuat Tsumarotul Jannah, siswi kelas lima SDN Jetis, Kulon Progo patah semangat untuk mengikuti kegiatan belajar dari rumah (BDR) saat pandemi ini.

Diketahui gadis berusia 11 tahun ini harus menggunakan tangan kirinya saat menulis materi pelajaran yang diberikan.

Hal itu dilakukan bukan karena Jannah seorang kidal, melainkan dirinya menderita tumor otak sejak tiga tahun lalu.

Dilaporkan tumor otak yang menyerang Jannah telah membuat "layu" tangan kanannya.Begitu juga kaki kanan ikut melemah sehingga terlihat timpang saat berjalan.

Jannah merupakan anak ke-4 dari pasangan Abdurrahman dan Sumini.

Baca Juga: Entah Apa yang Terjadi, Seluruh DKI Jakarta Masih Berstatus Zona Merah Covid-19, Bioskop Keukeuh Dibuka

Baca Juga: Gelas Plastik Sekali Pakai Ganggu Kesuburan Perempuan, Ini Fakta dan Penyebabnya

Mereka tinggal dalam rumah kecil dari kayu di tebing sempit Perbukitan Menoreh, Pedukuhan Kalingiwo, Kulon Progo.

Rumah itu warnanya sudah pudar. Ada jurang yang dalam di samping rumah. Ruang depan ukuran 3,5x3,5 meter.

Lantainya tanah. Nyaris tak ada perabot di ruang depan itu, kecuali televisi tabung tersambung antena. Sebagian lantai ditutup dengan karpet karet.

Mereka tinggal di situ setelah relokasi karena longsor di tahun 2008 lalu.

Baca Juga: BSU 600 Ribu Untuk Bantu Rakyat Terdampak Pandemi Covid-19 Sudah Cair, yang Nyinyir Segera Urus Persyaratannya

Keluarga Abdurrahman merupakan penerima bantuan sosial tunai semasa Covid-19. Sedangkan bantuan pemerintah masih dalam berbagai upaya dan proses.

Jannah anak keempat dari lima bersaudara. Saudara Janah yang kedua dan ketiga masih sekolah, juga adik bungsunya.

Sehari-hari Janah lebih banyak di rumah. Keterbatasan dirinya membuat aktivitas terbatas. Abdurrahman menceritakan, derita Janah dirasakan di awal 2017. Dimana ia sudah mulai merasa lemah.

Baca Juga: Masa Pandemi, Lebih Aman Masakan Rumahan, Saatnya Mengajarkan Si Kecil Memasak

Diagnosis menunjukkan ada benjolan pada otak, hingga akhirnya Janah harus jalani operasi pengambilan tumor itu pada September 2018.

Operasi berhasil dan kondisinya membaik, namun lengan layu dan kakinya sedikit lunglai itu masih berlangsung sampai sekarang.

Seperti dikutip dari Mayo Clinic, tumor otak merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal pada otak yang mengganggu pertumbuhan jaringan pada otak atau di sekitar otak.

Sampai saat ini penyabeb tumor otak memang masih belum diketahui, namun para ahli berpendapat kondisi ini disebabkan oleh faktor genetik dan paparan bahan kimia berbahaya.

Akibat dari munculnya tumor otak ini, seseorang bisa mengalami beberapa gejala seperti sakit kepala berat, mual dan muntah, penglihatan kabur, mati rasa, kesulitan bicara, lemas dan lesu, kejang, masalah pendengaran, dan banyak lagi.

Baca Juga: 5 Kondisi Bila Alami Kurang Tidur, Bisa Turunkan Libido Seks

Jika tidak segera ditangani dan diobati, tumor otak ini bisa memicu kanker yang banyak menyebabkan kematian.

Sementara itu, Jannah terus menjalani pemulihan lewat terapi untuk tangan dan kakinya sampai kini.

“Enam bulan sekali ke RSUP Dr Sardjito. Kami juga ke RSUD Wates untuk (terapi) sinar sekali seminggu, setiap hari Sabtu,” kata Abdurrahman.

Ayahnya menceritakan kalau Jannah anak mandiri meski dalam keterbatasan. Dia mengusahakan semua sendiri meski pakai tangan kiri.

Baca Juga: Angka Positif Covid-19 Lebih dari 10 Persen, Ahli Epidemiologi Dunia Sebut Indonesia Masuki Fase Kritis Covid-19

Termasuk mengerjakan tugas sekolah dengan cara belajar dari rumah (BDR) pada masa pandemi Covid-19 seperti ini.

Janah terbilang rajin meski dalam keterbatasannya. Semangat Janah di BDR didukung keakraban semua saudaranya yang masih sekolah.

Kasih mereka bersaudara yang membuat BDR bisa berlangsung. BDR mengharuskan siswa bisa menerima tugas via daring.

Baca Juga: Erick Thohir; Pemberian Vaksin Covid-19 Ada yang Gratis dan Berbayar

Android pun menjadi keharusan. Belum lama, kata Abdurahman, mereka bisa memiliki tambahan selular.

HP itu kini dipakai bergantian ataulah bersama untuk menyelesaikan tugas. Pemakaiannya secara berurutan, kakaknya dahulu, selanjutnya Janah, baru si bungsu.

“Mengerjakan kadang pagi tapi bisa juga menggarap tugas saat malam. Tergantung kakaknya yang SMP, karena handphone harus bergantian. Satu untuk kakaknya yang SMK, yang satu untuk bertiga,” kata Abdurahman.

“Setelah kakaknya selesai, dia bantu adik-adiknya,” kata Abdurrahman.(*)

Baca Juga: Sempat Pamitan Sebelum Meninggal, Kerabat Sebut Barli Asmara Derita Radang Otak hingga Dirawat di ICU selama 5 Hari

 #berantasstunting #hadapicorona